Selasa 11 Apr 2017 02:27 WIB

Bagi Lydia, Hijab Buat Sikap dan Perilaku Lebih Terjaga.

Rep: Marniati/ Red: Agung Sasongko
Mualaf (ilustrasi)
Foto:

Seiring berjalannya waktu, Lydia mengetahui kebenaran yang sesungguhnya. Pemberitaan media selama ini bertolak belakang dengan fakta yang ia gali langsung dari sumbernya.

Terkait terorisme, misalnya, bagaimana mungkin Islam menyerukan aksi teror, padahal Alquran surah al-Maidah ayat ke-32 menegaskan membunuh satu orang berarti telah membunuh semua umat manusia dan menyelamatkan satu orang berati telah menyelamatkan semua umat manusia.

Ia bahkan sempat beranggapan, pada dasarnya ada banyak kesamaan dengan Islam dan agama yang ia anut ketika itu, yaitu Kristen, terutama sejarah para nabi. Sejak saat itu, ia menjadi rutin mengunjungi masjid minimal satu pekan sekali.

Ia juga tak segan-segan menggunakan penutup kepala untuk menghormati Muslim yang berada di masjid. Rentetan kejadian inilah yang pada akhirnya membuat Lydia tertarik dengan Islam. Meski perlu waktu yang cukup lama, pada ujungnya ia mantap berikrar syahadat dan memeluk agama ini dalam usia yang relatif muda, yakni 21 tahun.

Setelah memeluk Islam, Lydia membutuhkan waktu beradaptasi sebagai seorang Muslimah. Ia sadar jika ia berani menerima kenyataan, hidupnya akan berubah. Ketakutannya semakin bertambah saat membayangkan respons keluarga dan teman-teman terdekat.

Ini hal asing bagi saya. Saya tidak memiliki gambaran bagaimana saya akan menjalani hidup sebagai Muslimah. Ini bukan sesuatu yang akan membuat  orang lain dengan mudah mengucapkan kata selamat, ujar Lydia seperti dilansir news.com.au.

Ia begitu sadar bahwa semua perilakunya akan mencerminkan agama yang ia anut. Jika ia melakukan kesalahan, orang-orang akan mengatakan kesalahan itu karena ia seorang Muslim bukan karena kesalahannya secara pribadi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement