Senin 13 Mar 2017 14:45 WIB

Dompet Dhuafa akan Kirimkan Bantuan Kemanusiaan ke Afrika Pekan Depan

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Agus Yulianto
Warga Somalia yang kelaparan berada di kamp pengungsi di Mogadishu, Somalia (Ilustrasi)
Foto: AP Photo/Farah Abdi Warsameh
Warga Somalia yang kelaparan berada di kamp pengungsi di Mogadishu, Somalia (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Krisis kelaparan kembali melanda umat manusia di Afrika, terutama Somalia. Karenanya, lembaga-lembaga kemanusiaan di Tanah Air bergerak cepat untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan.

General Manager Corporate Secretary Dompet Dhuafa, Sabeth Abilawa, mengungkapkan, tim dari DD rencananya akan berangkat ke Somalia pekan depan. Selain itu, keberangkatan tim DD tentu akan membawa bantuan kemanusiaan, terutama yang saat ini sangat mendesak yaitu makanan.

"Pekan depan, rencananya, berangkat ke sana, dua orang yang merupakan tim advance," kata Sabeth kepada Republika.co.id, Senin (13/3).

Dia mengatakan, Dompet Dhuafa sudah melakukan kontak dengan mitra lokal di sana Zam Zam Foundation. Zam Zam sendiri merupakan lembaga kemanusiaan Muslim Somalia yang bekerja di kamp pengungsi Dadaap, yang lokasinya berada di perbatasan Somalia dan Kenya.

Ini merupakan gelombang kedua bantuan kemanusiaan Dompet Dhuafa, yang pernah ke sana bersama lembaga kemanusiaan lain pada 2011 dan 2012. Sebelumnya, pengiriman difasilitasi Kedutaan Besar Indonesia untuk Kenya di Nairobi.

"Nanti, kalau dari hasil assessment (penelusuran) awal dibutuhkan bantuan lain, seperti medis, akan menyusul," ujar Sabeth.

Selain melakukan penelusuran, tim Dompet Dhuafa akan menyampaikan bantuan kemanusiaan logistik yang bertajuk Indonesia Aid. Untuk pekan depan, DD akan berangkat sendiri demi melihat respon awal yang menentukan kelanjutan bantuan kemanusiaan selanjutnya.

Meski begitu, ia menyayangkan, tidak diaktifkannya lagi kamp-kamp pengungsi yang ada di Kenya, yang menjadi akar masalah kelaparan ini terjadi. Menurut Sabeth, itu yang membuat badan-badan kemanusiaan dunia seperti PBB tidak lagi terlibat. "Itu yang kemungkinan besar menimbulkan problem (masalah) kebutuhan makanan, terutama anak-anak, meningkat tajam," kata Sabeth.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement