Senin 30 Jan 2017 17:00 WIB

Keanehan Ajaran RMA di Mataram

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Agung Sasongko
Satpol PP NTB menurunkan papan Rumah Mengenal Alquran.
Foto: Republika/M Nursyamsyi
Satpol PP NTB menurunkan papan Rumah Mengenal Alquran.

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Seorang guru SMAN 1 Mataram Toyyibah Bages angkat bicara soal dugaan ajaran menyimpang yang dilakukan Rumah Mengenal Alquran (RMA) di Jalan Bung Karno, Mataram, NTB.

Toyyibah mengatakan, pengelola RMA cukup masif dalam mengajak para pelajar untuk ikut belajar di RMA dengan iming-iming pemberian uang sebesar Rp 50 ribu untuk setiap anak. Para pelajar yang dianggap berprestasi juga diimingi beasiswa.

Kejanggalan RMA, ia katakan, dapat terasa saat pertama kali memasuki ruko di mana salam yang ucapkan ialah Salaman Alaikum, bukan Assalamu Alaikum sebagaimana mestinya.

Areal pengajaran di dalam ruko, ia katakan, tidak ada satu pun tulisan Arab, melainkan terjemahan Alquran berbahasa Indonesia.

"Bela Allah SWT atau bela ahli kitab Alquran. Dia katakan, orang yang sangat jahat adalah orang ahli kitab Alquran/ulama. Dalam FB (facebook)-nya disebutkan hadis Bukhari Muslim adalah hoax. Ini sangat meresahkan," ujarnya di Mataram, NTB, Senin (30/1).

Menurut Aisyah, lanjutnya, kalau membela hadis berarti menyekutukan Allah SWT. Hal ini, dia nilai, merupakan sikap ingkar akan Sunar Rasul.

Dia menambahkan, SMAN 1 Mataram dan MAN 2 Mataram belum sempat mengirimkan belajarnya untuk belajar di RMA. Namun, ada beberapa pelajar dari SMA lain sudah belajar di RMA ini.

"Sebenarnya, hari ini ada jadwal pelajar SMA 7 Mataram belajar di RMA tapi sudah keburu ditertibkan pemerintah," lanjutnya.

Saat ini, Majelis Ulama Indonesia (MUI) NTB bersama Kepolisian Daerah NTB sedang mengajak bicara dan meminta penjelasan dari Aisyah atas informasi yang beredar di Mapolda NTB.

(Baca: Rumah Mengenal Alquran di Mataram Diduga Sebarkan Ajaran Menyimpang)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement