REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di bagian lain, ulama yang wafat pada 429 H/ 1038 M itu menukil dalil-dalil yang menyangkut anjuran agar tidak bersikap malas dan menunda-nunda pekerjaan. Dalam hal berbuat baik, praktiknya tak selalu berupa amaliah yang berat. Adakalanya kebajikan itu adalah ucapanucapan ringan. Karena itu, tak ada alasan untuk tidak melakukannya. Bertasbih, salah satunya.
Diwayatkan dari Sa’ad bin Abi Waqash RA, ketika itu para sahabat sedang berkumpul bersama Rasulullah. Beliau pun bertanya, “Apakah kalian tidak mampu memperoleh seribu kebajikan setiap hari?” Sahabat lalu menimpali, “Bagaimana bisa sehari seribu kebaikan?”
Beliau menjawab, “Bertasbihlah setiap hari 1.000 kali maka akan dicatat baginya 1.000 kebaikan sekaligus menghapus 1.000 dosa.” Imam Ali bin Abi Thalib juga pernah berkata, “Barang siapa yang menaati rasa malas maka ia telah menghilangkan hak-hak.”
Ats Tsa’alabi menyebutkan pula tentang perasaan rindu yang bisa menimpa sese orang. Konon, ketika Aisyah membebaskan budaknya, Barirah yang bersuamikan Mughits, seorang Habsyi, Aisyah memberikan pilihan kepada Barirah antara tetap bersama suaminya atau tinggal berpisah. Barirah kemudian lebih memilih tak lagi menyatu dengan suami.
Selang berapa lama, keduanya tak lagi bertemu, hingga keduanya saling bertemu saat thawaf bersama. Selama thawaf, air mata Barirah berlinang karena rasa rindu. Nabi SAW pun menanyakan kepada Bari rah, apakah ia ingin kembali lagi ke suami lantaran Beliau merasa iba dan prihatin. Bila keinginan itu benar, Rasulullah tak segan lagi mempertemukan dan mengikat mereka kembali.
Namun, Barirah menolak. Betapa rasa rindu, juga sangat menyentuh perasaan Rasulullah. Al-Jahidz pernah ber kata bahwa rindu adalah istilah bagi rasa cinta yang berlebih, seperti halnya kata kemuliaan dipergunakan untuk menyebut kebaikan yang berlimpah, dan bakhil sebagai ungkapan bagi sikap eko nomi yang keterlaluan.