Kamis 19 Jan 2017 06:55 WIB

Memilih Nama Maryam

Rep: mgrol86/ Red: Agung Sasongko
Mualaf
Foto:
Allah/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika Maryam SMP, ia mulai malas untuk ke gereja dan sering mencari alasan untuk tidak beribadah setiap kali kedua orang tua mengajaknya. Mulai dari alasan sakit sampai alasan yang tidak masuk akal, sampai sering ia dimarahi dan dipaksa untuk pergi ke gereja.

“Aku sering berhasil dapat alasan untuk tidak ke gereja, ketika semua keluarga pergi aku diam-diam malah menemani temanku yang mengaji waktu itu. senang saja melihat teman-teman mengaji pakai kerudung. Sering juga sih di ejek sama teman-teman karena aku non-Islam tapi bergabung sama mereka di tempat ngaji, tapi aku cuek aja jadi malah semakin sering ikut teman ku untuk ngaji,” ujarnya.

Lambat laun kedua orang tuanya mengetahui kalau Maryam sering ikut mengaji, namun mereka tidak menegur atau memarahi Maryam dengan keras, ia hanya di nasihati bahwa keyakinan mereka berbeda dan tempat Maryam di gereja.

Setelah lulus SMP Maryam dimasukkan oleh kedua orang tuanya ke SMA Katholik dan diwajibkan masuk ke asrama, dengan harapan agar Maryam keimananya akan kuat jika masuk asrama dan akan terus di awasi disana.

“Ada rasa ingin berontak dan menolak masuk asrama, karena pikirku langkahku akan sangat terbatas di asrama, tapi yasudah apa boleh buat aku tidak tega menentang kedua orang tua aku” ungkapnya

Singkat cerita, setelah lulus SMA ia pindah ke Jakarta untuk melanjutkan kuliah, memang sejak kecil ia sangat suka dengan Islam tapi belum tertarik untuk masuk Islam. Ia menyukai orang shalat dan orang mengaji karena setiap melihat kedua ibadah itu ia merasa tenang dan ada perasaan yang tidak bisa dijelaskannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement