Kamis 19 Jan 2017 06:55 WIB

Memilih Nama Maryam

Rep: mgrol86/ Red: Agung Sasongko
Mualaf
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Hijrah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Maryam memberi tahu kedua orang tuanya tentang keislamannya, ibunya sangat kaget dan menangis. Sempat juga membujuk Maryam untuk kembali ke Katholik tapi Maryam menolak, ia sangat yakin dengan Islam. Melihat keteguhan hati Maryam, ibunya menyerah dan tidak lagi membujuknya masuk Islam.

“Aku jelaskan ke Ibu, walaupun agama kita berbeda tapi aku tetap anaknya dia. Gak akan ada yang berubah, apapun alasannya aku yakin dengan Islam,” kenangnya.

Setelah bersyahadat, ia pun mengganti namanya menjadi Maryam. Menurutnya, nama Maria dalam Katholik dan Maryam dalam Islam itu sama, ia berharap nama Maryam itu bisa menjadi doa untuk dirinya agar bisa menjadi wanita shaleha dan kuat seperti Siti Mariam.

Setelah menikah keimananya semakin kuat, walau kadang sering futur. Sempat putus asa ketika ia belajar membaca Alquran. Menurutnya, sangat sulit membaca huruf sambung dalam Alquran. Butuh waktu tujuh tahun ia belajar membaca hingga lancar.

Kehidupan rumah tangganya mendapat cobaan berat, ia hampir menyerah dan membut ibadahnya lalai. Dalam kondisi seperti itu ia bertemu dengan kyai di Bogor. Kyai itu memberikan dia banyak motivasi dan nasihat yang membuatnya kuat.

“Intinya kiai berpesan, dalam hidup tidak akan lepas dari ujian. Terlebih aku mualaf, semua ujian itu Allah berikan untuk menguji keimanan aku. Kalau aku goyah dan sampai keluar dari Islam ‘naudzubillah’ aku murtad. Tapi Alhamdulillah aku sadar dan aku Ikhlaskan semuanya kepada Allah. Aku sadar, harusnya aku bersyukur sudah diberikan hidayah keislaman”.

Menurutnya hijrah ke jalan Allah itu indah, tapi tidak mudah karena Allah pasti akan beri cobaan untuk menguji rasa cinta kita kepada-Nya. Maka itu jangan putus asa, sepahit aapun itu tapi di jalan Allah itu sungguh indah. Allah selalu ada untuk kita.

“Untuk mualaf dan Muslim yang memang dari lahir, jangan pernah putus ibadah jangan sampai lalai dan menyia-nyiakan waktu. Kita tidak tahu kapan nyawa kita di ambil,  yang harus selalu di ingat ketika kita berdoa selalu minta hidayah Allah karena memang benar hidayah itu mahal dan hanya Allah yang Maha memiliki itu,” tutupnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement