Jumat 06 Jan 2017 16:30 WIB

Astronom Muslim Bawa Astrolabe ke Barat

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Agung Sasongko
Astrolabe karya ilmuwan muslim.
Foto: blogs.mhs.ox.ac.uk
Astrolabe karya ilmuwan muslim.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Astrolabe telah lama berkembang di dunia Islam. Saat itu, astrolabe juga mengalami berbagai penyempurnaan dibandingkan saat awal berkembang di Yunani. Kemudian, Islam memperkenalkan dan membawakan instrumen astronomi itu ke Barat.

Ini terjadi pada abad ke-12, saat pemerintahan Islam telah mewujud di Spanyol. Barat, khususnya, Eropa, mengadopsi astrolabe beserta teks-teks astronomi terjemahan dari bahasa Yunani dan teks-teks berbahasa Arab. Pada abad ke-14, astrolabe mulai dikenal secara luas di Eropa.

Sejumlah astronom di Barat juga menggunakan serta melahirkan banyak karya tentang instrumen tersebut. Termasuk, karya yang dibuat oleh astronom asal Inggris, Geoffrey Chaucer. Seiring berlalunya waktu, ragam rancangan astrolabe juga kian berkembang.

Ragam rancangan astrolabe ini dikembangkan secara intens oleh Portugis. Bahkan kemudian, astrolabe ini menjadi perangkat utama dan sangat penting bagi para pelaut Portugis. Astrolabe yang digunakan para pelaut Portugis itu berbeda dibandingkan astrolabe para astronom.

Astrolabe yang digunakan para pelaut merupakan perangkat pengamatan murni tanpa membutuhkan perhitungan rumit, seperti astrolabe yang dimiliki astronom. Pada abad ke-17, astrolabe terwujud menjadi perangkat ilmiah yang kian dikenal di Barat.

Dua abad kemudian, yaitu pertengahan abad ke-19, astrolabe tak hanya dimanfaatkan dalam ranah ilmiah, tapi juga mulai berkembang menjadi barang koleksi. Tak heran jika kemudian, banyak museum yang juga memiliki koleksi astrolabe.

Di sisi lain, banyak pula astrolabe palsu yang dimiliki kolektor yang kurang cermat. Sebab, mereka tak paham benar mengenai seluk-beluk astrolabe. Mereka hanya menyukai bentuk astrolabe yang indah layaknya barang seni.

Di Timur, astrolabe yang memiliki begitu banyak fungsi terus dihargai dan digemari hingga memasuki abad ke-19. Pada saat ini, dunia Islam melihat astrolabe sebagai simbol budaya ilmiah dan keunggulan budaya Muslim.

Tak mengejutkan jika astrolabe di dunia Islam, memiliki kaitan erat dengan dimensi religius. Misalnya, tertulis ayat-ayat Alquran dan beragam doa pada astrolabe tersebut. Guratan tulisan itu menunjukkan bahwa pembuat astrolabe itu adalah Muslim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement