Rabu 04 Jan 2017 11:38 WIB

Damanhuri Zuhri, Antara Ustaz Yusuf Mansur dan Ustaz Arifin Ilham

Pimpinan Daarul Quran, Ustaz Yusuf Mansur (kiri) berbincang bersama wartawan Republika, Damanhuri Zuhri (kiri)
Foto:
Warga membawa jenazah Almarhum Damanhuri Zuhri menuju pemakaman keluarga di Parung, Bogor, Jawa Barat, Senin (2/1). Kang Daman meninggal akibat penyakit pada Senin (2/1) pagi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Demikian pula dengan Ustaz Arifin. Kami sering secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri meliput sekaligus mengikuti zikir dan tausiyah yang beliau laksanakan di berbagai tempat. Secara pribadi, saya pernah dalam waktu mungkin lebih satu tahun, mendampingi kegiatan zikir dan dakwah Ustadz Arifin Ilham di Jadebotabek.

Salah satu kenangan yang mungkin akan terus saya ingat sepanjang hidup saya adalah ketika suatu malam saya dan Damanhuri datang ke rumah ustadz Yusuf Mansur di Ciledug. Kami berbincang sampai tengah malam.

Setelah itu, karena pagi Shubuh  kami harus mewawancarai Ustadz Arifin Ilham di Depok, maka tengah malam kami pamit kepada Ustadz Yusuf  Mansur.

Kami tidak langsung ke Depok. Kami berhenti di depan sebuah minimarket di Serpong dan tidur di mobil. Sekitar pukul 03 pagi, barulah kami melanjutkan perjalanan ke Masjid Al-Amru Bittaqwa yang terletak dekat rumah Ustadz Arifin Ilham. Kami shalat Shubuh di sana, barulah kemudian kami diajak oleh Ustadz Arifin Ilham ke rumah beliau.

Istri beliau sudah menyiapkan sarapan. Kami pun sarapan bersama, baru kemudian melakukan wawancara, diselingi humor khas Ustadz Arifin yang segar. Di saat seperti ini, ketika menulis kisah ini, hati saya kembali terasa sedih. Saya teringat perjalanan kami sebagai jurnalis dalam meliput dan menulis berita-berita tentang kiprah para ulama.

“Sahabatku, Damanhuri. Kemarin kita bersama-sama menulis berita-berita tentang para ulama. Sekarang, aku menulis berita tentang engkau. Semoga berita-berita yang pernah kita tulis menjadi pemberat timbangan amal kebaikan kita di akhirat kelak.

Selamat jalan, sahabat dan saudaraku yang kucintai karena Allah. Aku iri padamu. Aku merindukan wafat seperti engkau, dihadiri ribuan orang, dan dishalatkan oleh ribuan orang pula. Baik yang menyalatkan jenazahmu di Masjid Riyadhus Shalihin Parung, maupun shalat ghaib di berbagai masjid dan pondok pesantren, tempat di mana engkau pernah menorehkan jejak dakwah dengan pena di sana ….”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement