Rabu 04 Jan 2017 11:38 WIB

Damanhuri Zuhri, Antara Ustaz Yusuf Mansur dan Ustaz Arifin Ilham

Pimpinan Daarul Quran, Ustaz Yusuf Mansur (kiri) berbincang bersama wartawan Republika, Damanhuri Zuhri (kiri)
Foto:
Pimpinan Al Fatih Kaafah Nusantara (AFKN), Ustaz Fadhlan Gharamatan (kiri) bersama wartawan Republika, Damanhuri Zuhri

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Agama memberikan kesaksian bahwa Damanhuri adalah seorang wartawan yang professional, berdedikasi, fair dan menulis tanpa pretensi tertentu. Sulit mencari wartawan yang seperti Damanhuri.

Subhanallah. Masya Allah. Saya dihidangkan i’tibar dan hikmah luar biasa dari kematian seorang sahabat yang bernama Damanhuri Zuhri. Saya merasa begitu kecil di hadapan kemuliaanya.

Saya dan Damanhuri sama-sama angkatan pertama di Republika, sejak koran umat ini terbit pada tahun 1993. Bedanya, saya adalah mantan wartawan Berita Buana yang kemudian oleh ICMI ditarik ke Republika pada masa persiapan koran tersebut untuk terbit. Sedangkan Damanhuri adalah rekrutmen angkatan pertama. Sebelumnya,  ia pernah bekerja di media Islam juga, yakni Panjimas dan Media Dakwah.

Kami memiliki banyak kesamaan, terutama karena sama-sama menaruh perhatian besar terhadap berita-berita keislaman. Meskipun dalam karir hampir 24 tahun di Republika, masing-masing dari kami telah melalui pengalaman liputan berbagai bidang. Termasuk di dalamnya bidang politik, ekonomi, pendidikan, metropolitan,  sastra, budaya hingga artis/hiburan.

Saya dan Damanhuri semakin intens dan berkali-kali melakukan liputan bersama kegiatan Ustaz Yusuf Mansur dan Ustadz Arifin Ilham sejak tahun 2005.  Bagi kami, Ustaz Yusuf Mansur dan Ustaz Arifin Ilham bukan hanya seorang ulama dan nara sumber, tapi juga guru kami secara langsung.

Kami sering bersama-sama maupun sendiri-sendiri  mengikuti perjalanan dakwah Ustaz Yusuf Mansur, baik di Pondok Pesantren Darul Qur’an Ciledug, Tangerang  maupun  ke berbagai kota, bahkan hingga luar negeri. Bahkan, kami pernah diajak umrah bareng dengan Ustaz Yusuf Mansur.

Baik di Makkah maupun Madinah, kami menginap bertiga  di kamar suit hotel. Tak jarang, Ustadz Yusuf Mansur tidur di lantai, sedangkan saya dan Haji Daman tidur di atas kasur. Akh, ini murid-murid yang kurang ajar kepada gurunya, kata saya dalam hati.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement