Kamis 29 Dec 2016 23:00 WIB

Aktivitas Keilmuan Menggeliat di Tunis

Rep: c62/ Red: Agung Sasongko
Ilmuwan Muslim.
Foto: Metaexistence.org
Ilmuwan Muslim.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski era kejayaannya telah berlalu delapan abad silam, sejarah peradaban Islam tetap mencatat kota Tunis sebagai pusat ilmu pengetahuan. Aktivitas keilmuan menggeliat di kota itu seiring berdirinya Universitas Al-Zaituna.

Peguruan Tinggi di Afrika Utara itu didirikan oleh Numan Al-Ghassani.

Universitas Al-Zaituna mulai menjadi perguruan tinggi berpengaruh pada awal abad ke-13 M. Saat itu, kota Tunis menjadi ibu kota kekhalifahan Hafsiah. Universitas itu berhasil meluluskan seorang sarjana Muslim tersohor bernama Ibnu Khaldun.

Sejak saat itulah mahasiswa dari berbagai penjuru datang dan menimba ilmu di perguruan tinggi yang mampu mencetak seorang ahli sejarah sosial pertama itu.

Di perguruan tinggi itu, para mahasiswa mempelajari beragam ilmu, seperti Alquran, ilmu hukum, sejarah, tata bahasa, sains, dan kedokteran. Begitu banyak kitab dan manuskrip yang dihasilkan para ilmuwan di Universitas Al-Zaituna.

Sayangnya, beragam kitab dan manuskrip bernilai tinggi itu dijarah dan dipindahkan oleh orang-orang Spanyol saat menguasai kota Tunis. Orang Spanyol tak hanya menjarah kitab-kitab dan manuskrip yang penting, namun juga menghancurkan bangunan Masjid Al- Zaitunabuah karya arsitektur kota Tunis di era kejayaan.

Untunglah, para pengacau dari Spanyol itu segera diusir oleh pasukan tentara Muslim dari Kekhalifahan Utsmani Turki. Bangunan masjid yang diporak-porandakan kembali dipercantik.

Gubernur Ustmani Turki yang ditempatkan di kota Tunis juga memulihkan perpustakaan yang dijarah dan mengembalikan geliat studi di Universitas Al-Zaituna. Khalifah Ustmani Turki pun menyuplai buku-buku penting untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan kegiatan akademik di perguruan tinggi itu.

Di era kekuasaan Ustmani Turki, Universitas Al-Zaituna membuka program studi fisika, politik ekonomi, dan bahasa Prancis.Salah satu faktor yang mendorong kota Tunis menjadi kota ilmu pengetahuan adalah hijrahnya para ilmuwan dari Spanyol Muslim.

Ilmuwan dari Spanyol Muslim yang mengembangkan ilmunya di Tunis itu, salah satunya, Abu Salt Umaiya. Abu Salt dikenal sebagai seorang dokter, matematikus, serta astronom. Ia lahir di Denia, Andalusia, pada 1067 M dan meninggal di Tunis pada 1134 M.

Selain itu, ada pula Abu Bakar Ibnu Said An-Nas. Dia adalah seorang ahli hukum di Spanyol Muslim yang hijrah ke Tunis. Di kota itu, dia menjadi seorang guru besar hukum di UniversitasAl-Zaituna. Ketika Islam diusir dari Spanyol, para arsitek, seniman, tukang batu, dan ahli landskap meloloskan diri ke kota Tunis. Kemajuan yang sempat dicapai di Spanyol Muslim pun berpindah ke Tunis. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement