REPUBLIKA.CO.ID, Tunisia sejak zaman sebelum Masehi (SM) terus menerus merupakan daerah koloni dari bangsa-bangsa lain. Bermula sebagai koloni Funisia (tahun 1100 SM), kemudian pada 146 SM ditaklukan oleh Romawi.
Pada 439 M dikuasai oleh bangsa Vandal (Jerman kuno), 534 M oleh bangsa Bizantium, 670 M oleh bangsa Arab, 1574 M oleh para penjarah Turki dari Asia Kecil dan pada 1881 Prancis menjadikannya sebagai daerah protektorat sampai memperoleh kemerdekaan 20 Maret 1956.
Mengutip Ensiklopedi Islam, masuknya bangsa Arab ke Tunisia berarti masuknya Islam ke negara tersebut pada 670 di bawah pimpinan panglima Uqbah bin Nafi. Pada tahun itu pula dia mendirikan Qairawan sebagai pusat operasinya. Selanjutnya, perkembangan Islam di Tunisia ini ditandai dengan berdirinya tiga kerajaan yaitu Banu Ziri, Banu Hafs, dan Husainiyah.
Tunisia memiliki peranan besar dalam sejarah perkembangan Islam. Melalui Masjid Zaituna yang bertransformasi sebagai sebuah universitas, sebuah lembaga pendidikan penting di Tunisia, telah dilatih kader-kader ulama yang menjadi ulama-ulama besar. Perguruan tersebut kini berubah menjadi semacam Institut Ilmu-Ilmu Islam yang berada dalam pengarahan dan kontrol pemerintah Tunisia.
Menjelang akhir abad ke-20, peranan Tunisia cukup menonjol dalam perkembangan dunia Islam. Negara ini aktif dalam Organisasi Kerjasama Islam (OKI) dan turut menentukan dalam pengambilan keputusan tentang kebijakan-kebijakan diplomasi Timur Tengah, terutama yang menyangkut konflik PLO (Organisasi Pembebasan Palestina) dengan Israel