Ahad 04 Dec 2016 13:54 WIB

Maulid Nabi, Media Dakwah Sebarkan Teladan Rasulullah

Ketum PBNU, KH Said Aqil Siradj
Foto: istimewa
Ketum PBNU, KH Said Aqil Siradj

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Ketua Umum PBNU Kiai Said Aqil Siradj menungkapkan, peringatan Maulid Nabi tetap dirayakan umat Islam meskipun era globalisasi dan teknologi informasi semakin menerjang.

"Semakin meningkat antusiasnya, tidak terpengaruh dengan globalisasi atau era IT yang sangat modern," kata Said di kantor PBNU, Sabtu 3 Desember 2016, malam.

Kiai asal Cirebon, Jawa Barat, itu menambahkan, tradisi Maulid Nabi juga tetap dirayakan masyarakat, baik di desa ataupun di kota. Terlebih lagi warga NU.

"Tetap Maulid Nabi ada dimana-mana. Di Indonesia meskipun dikatakan bid'ah atau apa saja, tetap saja ramai diadakan. Di kecamatan, di kabupaten hingga di Istana," ungkap dia.

Maulid Nabi, kata Said, merupakan media dakwah untuk menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat agar berusaha meniru dan mengikut akhlaknya Rasulullah. Bahkan, ia menilai perayaan kelahiran nabi bisa menghindarkan umat dari bahaya radikalisme.

"Agar ramah, santun, jauh dari radikalisme," pungkasnya. 

Kelahiran Nabi Muhammad SAW pada tanggal 12 bulan Rabiul Awwal diperingati umat Islam Indonesia dan di negara-negara lain. Istilah kegiatan tersebut, sebagian orang menyebutnya “maulid”. Sebagian lagi “maulud”. Maulid nabi atau maulud nabi? Mana yang benar? 

“Dua-duanya benar,” tegasnya.

Menurut kiai asal Cirebon, Jawa Barat tersebut, ketika sebagian orang menyebut maulid nabi, berarti yang dihormati adalah hari kelahirannya. Sementara ketika menyebut maulud berarti isim maf’ul. Dengan demikian yang diperingati, dimuliakan adalah bayi yang dilahirkan, yaitu Nabi Muhammad SAW. 

“Dua-duanya boleh,” ungkapnya lagi. 

Sampai berita ini ditulis ceramah Kiai Said masih berlangsung di hadapan hadirin yang memenuhi halaman dan masjid An-Nahdlah. Hadir pada kesempatan tersebut Bendahara Umum PBNU Bina Suhendra, Ketua PBNU H Aizuddin Abdurrahman, Katib Syuriyah KH Nurul Yaqin Ishaq danH Sa’dullah Affandy, Wakil Sekretaris Jenderal PBNU H Imam Pituduh dan H Andi Najmi, Ketua LD PBNU KH Maman Imanul Haq Faqih, dan lain-lain. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement