REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Dubes RI untuk Suriah, Djoko Harjanto meminta para santri Indonesia di Suriah meneladani semangat juang, patriotisme, dan nasonalisme ulama dalam membela bangsa dan negara Indonesia.
Menurut Djoko Resolusi jihad 1945 menguak peran ulama dalam menegakkan NKRI, Dasar Negara Pancasila, dan UUD 1945. Hal yang selazimnya dipertahankan dan dilanjutkan oleh para mahasiswa atau santri di Timur Tengah.
Djoko menambahkan meskipun dicetuskan para tokoh Nahdlatul Ulama (NU), resolusi jihad yang melahirkan peristiwa Hari Pahlawan 10 November 1945 adalah resolusi jihad seluruh umat Islam Indonesia.
“Bukan hanya milik NU semata,” katanya dalam keterangannya kepada Republika saat berbicara sebagai pembicara kunci dalam Workshop Refleksi Hari Pahlawan & Resolusi Jihad, akhir pekan lalu, di Damaskus, Suriah.
Hadir dalam acara bertemakan “Mempersiapkan Santri Timur Tengah dalam Dakwah Bela Negara”, hasil kerjasama KBRI Damaskus dengan Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Suriah ini, Dubes RI untuk Lebanon, Drs Ahmad Chozin Chumaidi dan Mufti Damaskus Syekh Adnan Afyoni.
Sekitar 60 peserta memenuhi lobi KBRI Damaskus dari kalangan pelajar dan mahasiswa Indonesia, juga para mahasiswa asing di Suriah, seperti dari Burkina Faso, Tiongkok, Tajikistan, Iran, Malaysia, dan Chenchen.
Dubes Chozin yang juga dikenal sebagai tokoh NU menyampaikan bahwa NU memiliki komitmen kebangsaan (wataniyah) dan komitmen paham Islam Ahlu Sunah wa al-Jamaah.
Resolusi jihad yang dicetuskan para pendiri NU merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari sejarah perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Para nahdliyin mengikuti ucapan KH Hasyim Asyari yaitu cinta Tanah Air adalah bagian dari iman. “Para santri Indonesia wajib hukumnya terlibat dalam upaya pembangunan Indonesia,” ujar Dubes Chozin.
Senada dengan dua pembicara, Mufti Damaskus, Syekh Adnan Afyuni menegaskan bahwa umat Islam memerlukan para pendakwah yang saleh dan berakhlak mulia di segala bidang kehidupan.
Bukan hanya pendidikan agama, tetapi juga ekonomi, politik, militer, budaya, pertambangan, dan semua aspek kehidupan masyarakat.
Workshop yang diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Pahlawan 10 November ini melahirkan rekomendasi yang ditandatangani para pembicara.
Rekomendasi itu menekankan pentingnya para santri Indonesia memupuk semangat patriotisme dan semangat bela negara.
Pejabat Penerangan dan Sosbud KBRI Damaskus, AM Sidqi, menambahkan workshop ini penting diadakan sebagai counter opini bahwa santri alumni Suriah membawa paham radikal sekembalinya ke Indonesia.
Menurut Sidqi, orang sering mengira, Suriah menjadi pabrik ekstrimisme dan kekerasan.
“Padahal santri Indonesia di Suriah adalah santri Islam yang moderat dan bersemangat bela negara,” tegas Sidqi.