REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Allah SWT menyebut sedekah sebagai pinjaman yang baik (qardh al- hasan). Orang bersedekah hakikatnya meminjamkan harta kepada Allah dan Dia pasti akan mengembalikan pinjaman dengan pengembalian yang berlipat ganda.
Para mufasir menerjemahkan pinjaman yang baik itu dengan makna menafkahkan harta di jalan Allah, yakni menyumbangkan harta meringankan beban orang lain, seperti kaum dhuafa, mendanai syiar dakwah, dan jihad di jalan Allah.
Dalam surah al-Baqarah, Allah telah memberikan petunjuk serta penjelasan tentang keutamaan sedekah, mulai bertambahnya harta kekayaan hingga keajaiban sedekah yang mampu menyembuhkan penyakit atas izin Allah.
Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik, maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan kelipatan yang banyak dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan. (QS al-Baqarah [2]: 245)
Allah juga akan membebaskan seorang hamba dari kerugian dalam menjalankan usahanya seperti telah Allah janjikan dalam surah an-Nisaa' 39. Dan apakah (kerugian) yang akan menimpa mereka jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat serta mereka mendermakan (sedekah) sebagian harta yang telah dikurniakan Allah kepada mereka?
Pelajaran dan hikmah yang bisa diambil dari kisah ini (Baca: Awan Juga Bersedekah), pertama, Allah pasti menjaga dan memelihara hamba-hamba-Nya yang saleh dan berjalan di atas perintah-Nya.
Seperti yang telah Allah lakukan dengan memerintahkan awan itu agar memberi air kepada kebun laki-laki saleh yang telah menyedekahkan sepertiga hasil kebunnya.
Pelajaran dan hikmah kedua adalah Allah menyukai seorang hamba yang berimbang dalam segala urusan dan tindakannya, yang memberikan hak kepada yang berhak.
Pada kisah di atas bahwa petani tadi telah membagi haknya dengan adil tanpa mengabaikan hak yang lain. Jika Allah meridhai seorang hamba-Nya, niscaya Allah menunjukkan langit dan bumi untuk orang yang diridhainya. Seperti, salah satunya Allah telah memerintahkan awan agar menyiram kebun laki-laki saleh itu.
Dalam hal ini betapa mahalnya harga amal saleh sehingga Allah telah mengekalkan seorang hamba-Nya, dalam hal ini petani, seperti yang dikisahkan di atas, berkat amal dan sedekahnya yang ikhlas dan istiqamah.
Orang saleh bukanlah orang yang hanya sibuk beribadah meninggalkan pekerjaannya, yang alergi menikah atau menelantarkan keluarga, sebagaimana anggapan sebagian orang. Tetapi, kesalehan adalah bagaimana kita juga mampu berbagi kenikmatan dan rezeki serta kebahagiaan kepada sesama.