Senin 07 Nov 2016 18:15 WIB

Seyahatname, Karya Bersejarah Evliya Celebi

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Agung Sasongko
Evliya Celebi
Foto: frpnet.ne
Evliya Celebi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski mengandung unsur sejarah, Seyahatnametak sepenuhnya dianggap sebagai karya sejarah. Di sisi lain, buku ini ikut menunjukkan lebih terbuka siapa Evliya Celebi yang bagi sebagian sejarawan dianggap sosok tersembunyi.

Ambisi Evliya untuk menjelajahi seluruh wilayah kekuasaan Turki Utsmani secara khusus terlihat pada Volume 9 Seyahatname. Kala itu, ia mengunjungi sejumlah pulau di Kepulauan Agea yang jauh dari rute haji. Berkeliling negeri kekuasaan Turki Utsmani selama puluhan tahun, ia telah melihat segala hal dari negerinya.

Perjalanan, perdagangan, dan peribadahan menjadi motif penjelajahan Evliya Celebi. Ia tak bosan keluar masuk aneka tempat ibadah. Di Anatolia saja, ia mengunjungi 200 tempat suci. Ia sempat berkunjung ke tempat-tempat suci di Irak sebelum berhaji ke Tanah Suci pada 1672.

Hanya negara-negara di Afrika Utara dan Siprus yang luput dari Seyahatname kendati keduanya merupakan daerah penting. Selama pengelanaannya ke ratusan kota dan desa, Evliya tampak akrab berkomunikasi dengan para tokoh masyarakat, termasuk sultan, para penasihat, gubernur, komandan militer, dan para tokoh lokal.

Evliya menghabiskan 12 tahun melayani Melek Ahmed Pasa dan tetap mengikutinya saat menjadi Gubernur Sofia, Diyarbekr, Van, Osijek, dan Bosnia. Seyahatnametak hanya kaya informasi perjalanan, tapi juga sumber kunci untuk memahami situasi Turki Utsmani pada abad ke-17, meskipun ada yang menilai Evliya tak bisa membedakan fakta dan fiksi.

Namun, ia tak segan menuliskan hal-hal yang dianggap tabu atau tak lazim untuk sebuah buku, misalnya, soal korupsi, tekanan, dan ketidakadilan yang dilakukan dinasti Turki Utsmani, baik secara eksplisit maupun implisit. Meski tak memberi keterangan dirinya menikah atau memiliki anak, Evliya mungkin adalah satu-satunya penulis sebelum abad 19 yang menulis secara detail konflik suami istri.

Ceritanya pun seputar sanak kerabat Evliya sendiri, seperti antara Melek Ahmed Pasa dan seorang putri yang belakangan menuntut berpisah karena dipaksa menikah pada usia muda. Hal lain yang Evliya tuliskan soal `cacat' Kesultanan Turki Utsmani adalah tekanan yang dibuat Sultan Murad IV terhadap masyarakat. Bahkan, Raja Suleyman pun tak luput dari kritik Evliya meski ia berada dalam lingkungan kerajaan.

Tak diketahui pasti kapan Evliya meninggal. Tapi, catatannya tentang kegagalan penyerangan kedua ke Wina pada 1683 menggiring sebagian besar peneliti untuk menyimpulkan pada tahun itulah Evliya wafat. Ada konsensus umum yang menyebut Evliya wafat di Mesir, sebuah negara yang pernah disinggahi Evliya.

Seyahatname adalah sedikit buku yang ada di masa Dinasti Turki Utsmani pada abad 17 dan ditulis dari perspektif seorang Muslim. Buku ini bisa dikatakan sebagai salah satu dokumen sejarah penting. Melalui catatan perjalanannya, Evliya mewariskan segudang pengetahuan kepada generasi saat ini tentang politik, linguistik, musik, sains, dan supranatural pada masa Turki Utsmani.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement