Senin 04 Nov 2019 20:20 WIB

Berkelana, Evliya Celebi Mendengar 147 Bahasa Berbeda

Evliya Celebi juga menyaksikan 22 pertempuran selama berkelana.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Agung Sasongko
Evliya Celebi, ilustrasi
Foto: http://www.gemliklife.net
Evliya Celebi, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Sejak usia 20 tahun, Evliya Celebi berkelana. Sekembalinya di Istanbul, setelah kurang lebih enam bulan berlayar, Evliya Celebi merasa ada yang berubah pada kota kelahirannya itu.

Pengelana hebat Utsmaniyah itu, menyebut Istanbul seperti penjara yang mengekang dan kaku. Akhirnya, dia memutuskan meninggalkan kota itu dan menjadi penjelajah dengan menghabiskan sisa hidup nya untuk menyinggahi berbagai tempat di bumi ini.

Baca Juga

Meski mengabdikan dirinya sebagai musafir, tidak semua perjalanan dia lalui seorang diri. Terkadang Evliya ditemani para duta besar atau pejabat. Hal itu bisa dipahami mengingat kala itu dia juga bertugas sebagai sekretaris, pemimpin doa, atau pembagi harta pampasan perang.

Karena itu, pada buku karyanya, Seyahatname seri ketiga dan kedelapan, Evliya kerap menceritakan secara kronologis dan geografis wilayah-wilayah Kesultanan Turki Utsmani yang ia singgahi sebagai bagian dari panggilan tugas.

Pada usia 60 tahun, setelah bermimpi bertemu dengan almarhum ayahnya, Evliya berangkat ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Sejak itu, ia mulai menghentikan penjelajahannya dan mulai hidup menetap, yakni di Kairo, Mesir. Dia kemudian be kerja dengan Gubernur Turki Utsmani, Ibrahim Pasha. Meski tak lagi melanglang buana, ia tetap aktif menulis hingga wafat pada 1683 di Kairo.

"Tidak ada satu kota pun di dunia ini, apalagi wilayah Kesultanan Utsmani, yang penduduknya begitu banyak dan tanahnya begitu produktif selain kota ini (Kairo),'' tulis Evliya. Melalui tulisan-tulisannya, Evliya menceritakan pengalamannya menyaksikan 22 pertempuran, mendengar 147 bahasa yang berbeda, dan menyingahi begitu banyak tempat dengan sistem pemerintahan yang beragam.

Tak hanya dalam tulisan, Evliya juga merekam kisah petualangannya dalam sebuah peta. Salah satu peta itu diyakini tersimpan di Perpustakaan Vatikan, yakni peta Sungai Nil era Utsmaniyah. Peta yang panjangnya 5,5 meter itu memuat sekitar 500 nama tem pat. Peta ini pun memiliki lebih banyak detail topografi dibandingkan peta lainnya.

Meski tak disebutkan secara jelas pembuat peta itu, Dankoff yakin, peta itu berasal dari Kairo dan dibuat di bawah pengawasan Evli ya, atau setidaknya berdasarkan pengalaman pe tualangannya. Hal ini karena Evliya selalu menceritakan pengalaman perjalanannya se cara terperinci, termasuk iklim, flora, dan fauna.

Begitu pun dalam peta itu, digambarkan secara perinci berbagai hal terkait sungai Nil dan Kairo. Misalnya, deskripsi tentang bagian dalam piramida besar yang ternyata berbau, juga penggambaran tentang bahasa Koptik. Sangat lengkap dan detail, itulah Evliya Celebi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement