Senin 04 Nov 2019 20:00 WIB

Evliya Celebi Bermimpi Bertemu Rasulullah SAW

Evliya Celebi, pengelana hebat Utsmaniyah, memulai petualangannya pada usia 20 tahun.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Agung Sasongko
Evliya Celebi
Foto: frpnet.ne
Evliya Celebi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Evliya Celebi, pengelana hebat Utsmaniyah, memulai petualangan besarnya pada usia 20 tahun. Hal itu terjadi setelah ia bermimpi bertemu Nabi Muhammad SAW, empat khalifah pertama Islam, sejumlah sahabat, dan beberapa tokoh Islam.

Dalam mimpinya, Evliya bergetar bukan main, lidahnya kelu untuk sekadar mengucap salam kepada orang-orang mulia itu. Alih-alih meminta syafaat (pertolongan), Evliya justru mengucap seyahat (perjalanan).

Baca Juga

Siapa sangka permintaan 'tak disengaja' itu ditanggapi oleh Rasululah SAW. Dalam mimpi itu, Rasulullah berkata kepada Evliya, "Engkau harus melakukan perjalanan ke seluruh dunia dan menjadi keajaiban di antara manusia. Dari negara-negara yang kamu lewati, mulai dari istana mereka, benteng, barang antik yang indah, makanan dan minuman, dan lamanya hari-hari di sana, buatlah catatan dan deskripsi yang akan menjadi sesuatu yang pantas bagimu."

Berbekal perintah Rasulullah dalam mimpinya, Evliya memulai pengelanaannya dengan menjelajah kota kelahirannya, Istanbul. Petualangan pertamanya ini lebih banyak mengekspos tentang sejarah kota, masjid, dan budaya.

Salah satu tempat yang paling membuat Evliya terkesan adalah Masjid Suleymaniye, yang dibangun oleh arsitek Sinan dan Suleyman. Masjid bertengger di salah satu bukit itu menjadi ikon keindahan Kota Istanbul kala itu. Dalam catatan perjalanannya, Evliya memuji masjid ini sebagai "beyond all description beautiful" (melebihi segala deskripsi keindahan).

Evliya mulai perjalanan pertamanya di luar Istanbul, ketika dia menuju Bursa dan Ismet, kemudian ke Trabzon dan Krimea. Saat berlayar, tak jarang kapalnya diamuk badai. Beruntung, ia selamat meski kapal yang ditumpanginya rusak di beberapa bagian.

"Kami dilemparkan ke dalam pusaran kesedihan, angin menerjang, tak tahu lagi ke arah mana kami harus pergi. Pelaut kami tam pak pucat. Terdengar tangisan dan ratapan orang-orang yang mulai putus asa,'' tulis Evliya saat menggambarkan kepanikan di ka palnya yang diterjang badai di Laut Hitam. Beruntung, Evliya dan penumpang lainnya selamat setelah menyelamatkan diri dengan sekoci dan menggunakan serban mereka sebagai layar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement