Oleh: Ali Farkhan Tsani
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ahli psikologi mengatakan, sentuhan dapat membuat seseorang merasa lebih baik. Digambarkan, saat seseorang yang sangat takut ketinggian, hingga setiap naik pesawat terbang, ia selalu mengandalkan obat tidur sebelum naik pesawat.
Namun, tatkala penerbangan yang paling hebat adalah melintasi padang luas nan panas Benua Afrika, dengan daya turbulensi tinggi, obat tidur pun tidak memberikan efek kerja maksimal. Hingga datanglah seseorang menyentuh dan menggenggam tangannya.
Ia pun merasa jauh lebih tenang dibandingkan menggunakan obat tidur. Menurut dokter, sentuhan terhadap pasien juga dapat mempercepat kesembuhan bagi orang yang sakit. Apalagi jika dibarengi dengan pijatan lembut, usapan disertai doa dan motivasi.
Lebih utama lagi, dalam pandangan Islam, ada beberapa sentuhan yang bukan sekadar menempelkan kulit dengan kulit. Bahkan, sentuhan justru dapat mendatangkan pahala. Pertama, mengusap kepala anak yatim atau piatu.
Mereka telah kehilangan salah satu kekuatan terbesarnya dalam hidup, ayahnya, ibunya, atau yatim piatu keduanya. Mereka bukan sekadar kehilangan sumber nafkah, pakaian, pendidikan, dan perlindungan di rumahnya, melainkan juga kehilangan kasih sayang terbesarnya.
Karena itu, Rasulullah SAW sangat menganjurkan umatnya untuk menyayangi dan menyantuni mereka dengan baik. Jika tidak, apalagi sampai menghardiknya, maka dapat dikategorikan sebagai pendusta agama.
Firman Allah, Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. (QS al-Maun [107]: 1-3).
Kedua, berjabat tangan sesama Muslim. Pada era media sosial saat ini, dengan kegemaran chatting lewat dunia maya, jarang sekali antarmanusia bertemu di dunia nyata. Sekali bertemu, seperti saat berpapasan naik motor atau mobil, hanya membunyikan klakson.
Padahal, alangkah baiknya jika turun dan saling berjabat tangan. Maka mereka akan diampuni dosa-dosanya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, Tidaklah dua orang Muslim saling bertemu kemudian berjabat tangan, kecuali akan diampuni (dosa-dosa) mereka sebelum mereka berpisah. (HR Abu Dawud, At-Tirmidzi Ibnu Majah, dan Ahmad).
Ketiga, orang tua mengusap dan mencium anak. Ini merupakan tanda kasih sayang. Seperti disebutkan dalam hadis, saat Nabi SAW mencium cucunya, Hasan bin 'Ali, dan di sisi Nabi ada Al-Aqro' bin Habis At-Tamimy yang sedang duduk.
Maka Al-Aqro' berkata, Aku punya 10 anak. Tidak seorang pun dari mereka yang pernah kucium. Maka Rasulullah SAW pun melihat Aqro' dan berkata, Barang siapa yang tidak menyayangi anak, maka ia tidak akan disayangi (Allah). (HR Bukhari dan Muslim).
Karena itu, jika anak kita terjatuh, janganlah hardik atau marahi dia sebab dia sedang sakit. Tetapi, usaplah mana yang sakit serta tenangkanlah. Keempat, sentuhan tangan anak pada orang tuanya. Misalnya, ketika akan berangkat sekolah, bekerja, atau berpamitan pergi.
Maka, sang anak pun serta-merta menjabat tangan dan mencium tangan orang tuanya, lalu mengucap salam. Demikian pula ketika orang tuanya sakit, sang anak ada di dekatnya, sambil memijat lembut tangan atau kaki orang tuanya. Bahkan, mencium keningnya tanda kasih. Seraya membaca doa atau ayat-ayat Alquran.
Kelima, sentuhan mesra sang suami kepada istrinya. Jika lawan jenis bukan mahram saling bersentuhan adalah perbuatan maksiat dan berdosa. Tetapi, sentuhan suami terhadap istri, seperti bergandengan tangan, justru merupakan pahala dan menambah kasih sayang.
Sentuhan-sentuhan penuh pahala yang menumbuhkan kasih sayang itu layaklah kiranya kita lakukan sepanjang waktu.