REPUBLIKA.CO.ID, DUBLIN -- Dewan Imigran Irlandia menilai 50.000 Muslim di Irlandia tidak sama sekali terwakili di media. Padahal, Islam merupakan agama minoritas yang berkembang paling pesat di Irlandia.
Dilansir dari Waterford News, Selasa (26/10), umat Islam di Irlandia tengah mendesak untuk membuat pengaduan, ketika mereka digambarkan negatif oleh media Irlandia.
Raneem Salah, salah satu Muslim yang sudah tinggal selama enam tahun di Irlandia, menuturkan beberapa pengalaman buruk yang dialami teman-temannya.
Ia mengungkapkan, pernah meliaht pelecehan dilakukan kepada teman-temannya, atau jilbab yang dikenakan Muslimah dilepas secara paksa di bus Dublin. Selain itu, Salah yang merupakan mahasiswa kedokteran di UCD, menganggap diskriminasi diperparah dengan tidak adanya kehadiran Muslim di media.
Salah berpikir, ternyata benar-benar penting kalau bisa menempatkan orang di luar sana untuk memberikan masyarakat gambaran yang positif tentang Muslim. Ia berpendapat, kepentingan itu dikarenakan orang-orang tidak tahu secara umum tentang Muslim dan memiliki gambaran benar apa itu Islam.
"Jadi orang-orang tidak cuma melihat gambar yang disajikan kepada mereka dan mengasosiasikan Islam dengan kebencian dan teror," kata Salah.
Sementara, Brian Killoran dari Dewan Imigran Irlandia mengatakan, pemuda Muslim belum dapat melihat dengan sendirinya di mana saja media bisa menempatkan diri. Namun, saat mereka diwakili, ada perasaan kalau kadang beberapa pembicara dari komunitas Muslim tidak dapat benear-benar mewakili perasaan atau aspirasi yang mereka ingin suarakan.
"Mereka sendiri merasa harus mampu menghubungkan dan memiliki lebih banyak orang yang menyuarakan keragaman," ujar Killoran.
Selama ini, Dewan Pers Irlandia tidak menerima keluhan negatif cakupan pemberitaan tentang Islam. Menurut Ombudsman Peter Feeney, keluhan itu bukan tidak ada melainkan tidak disuarakan.
Maka itu, ia mendesak umat Islam mau melaporkan cakupan yang buruk tentang Islam dari yang mereka lihat dan dengar disajikan oleh media-media Irlandia.