Jumat 21 Oct 2016 15:45 WIB

Bukan Sekadar Al Maidah 51

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Agung Sasongko
Pemimpin yang berilmu (Ilustrasi)
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Kiai Ahsin menambahkan, dalam surah Yusuf, tepatnya ayat 55, Alquran menggambarkan bagaimana Nabi Yusuf memiliki dua sifat untuk mengemban tugas sebagai bendahara negara, yaitu mampu menjaga amanah, dalam hal ini tidak korupsi, dan memiliki pengetahuan untuk menjaga keuangan negara. Sifat ini pun tidak hanya terpaku pada bendahara, tapi juga untuk jabatan-jabatan yang lebih tinggi.

"Alquran membeberkan hal itu. Artinya, Alquran mengiyakan apa yang dikatakan Nabi Yusuf," ujar KH Ahsin, yang juga mantan rektor Institut Ilmu Alquran (IIQ) Jakarta tersebut.

Dalam surah an-Naml ayat 7, Allah SWT juga menggambarkan bagaimana Nabi Musa dipilih untuk menjadi pemimpin dalam bidang usaha, yaitu untuk menjadi penggembala. Pada saat itu, Nabi Musa dianggap memiliki fisik yang kuat dan dapat dipercaya. Sifat dapat dipercaya ini, ujar dia, merupakan bagian dari etika yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin.

Dia mengungkapkan, etika ini tidak hanya di dalam diri pemimpin tersebut, termasuk soal integritas pribadi dan telah menyelesaikan masalah pribadinya, tetapi juga etika kepada orang lain. "Ini yang paling penting, ngomongnya harus baik, pembawaannya harus baik.

Jadi, kebiasaan, perkataan, perilaku, cara ngomongnya, dan tindak tanduknya bisa dicontoh orang lain. Karena, kalau kata Nabi Muhammad SAW, "Masyarakat itu bergantung pada raja atau pemimpinnya." Kalau pemimpinnya buruk, foya-foya, ya masyarakatnya ikut foya-foya. Kemudian jadi pembenaran atas semua perilaku masyarakat," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement