Rabu 12 Oct 2016 12:17 WIB
Dari Gatoloco. Aidit, Panji Kusmin, Monitor, Hingga Ahok (1)

Gatoloco dan Darmogandul: Sinisme Terhadap Islam di Awal Abad 20

Sultan Mataram tengah menggelar acara rampokan (adu macan melawan manusia).
Foto: dok.Istimewa
Muslim memakai surban di zaman kerajaan.

Mengkaji buku Gatoloco tersebut, sejarawan Australia, MC Ricklefs, (Mengislamkan Jawa, Serambi, Cet 1 November 2013), menyatakan, di antara kaum priyayi di Jawa pada masa itu memang tumbuh sentiment anti-Islam . Mereka beranggapan bahwa peralihan keyakinan ke Islam adalah sebuah kesalahan dan bahwa kunci modernitas yang sesungguhnya  terletak  kesalahan peradaban.

Selain itu,  mereka pun percaya bila kunci modernitas yang sesunguhnya itu terletak pada penggabungan pengetahuan moderen ala Eropa dengan restorasi kebudayaan Hindu –Jawa. Islam dalam hal ini dipandang sebagai penyebab mundurnya wujud paling agung dari kebudayaan tersebut: Kerajaan Majapahit.

Pada tahun 1870-an, para penulis dari Kediri memang telah meramu gagasan-gagasan semacam ini di dalam tiga karya sastra yang ‘mengagumkan’, Babad Kedhiri, Suluk Gatholoco, dan Serial Dermagandul, dan mengolok-olok Islam. Karya tersebut ini meramalkan bahwa penolakan terhadap Islam akan terjadi empat abad setelah kejatuhan Majapahit.

Jadi buku ini mungkin ditulis untuk memperingati berdirinya sebuah sekolah milik pemerintah kolonial bagi kaum elite di Probolinggo pada 1878, atau 400 tahun setelah runtuhnya Majapahit sebagaimana secara tradisional diyakini – dan bahkan orang Jawa akan menjadi pemeluk agama Kristen.

Pada bagian lain dalam buku itu, Ricklefs lebih lanjut menyatakan  bila Babad Kediri , yang ditulis pada 1873, itu  menampilkan satu sejarah yang konon rahasia tentang kemenangan Islam di Jawa, kabarnya terjadi karena pengkhianatan Sultan Demak pertama yang memerangi ayahnya senditi dengan para wali di sekitarnya. Di sinilah muncul Sabdo Palon, penasihat Raja Majapahit, yang mendesak Sultan mempertahankan keyakinan Budhanya. Ternyata Sabda Palon adalah dewa punakawan Semar. Pelindung 'adi dunia' bagi semua orang Jawa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement