REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Ratusan santriwan dan santriwati dari berbagai wilayah di Indonesia mengikuti kegiatan Parlemen Santri.
Sekjen Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Abdul Kadir Karding, mengatakan kegiatan ini bertujuan memberikan pemahaman kepada kaum santri tetnang politik dan kerja-kerja keparlemenan.
Karding berbagi pengalaman sebagai anggota dewan, bahwa bekerja di parlemen cukup melelahkan dan sedikit istirahat.
“Semua itu kita lakukan untuk kesejahteraan umat," katanya di Jakarta, Selasa (11/10).
Hadir dalam kegiatan tersebut Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) DPP PKB Daniel Johan, Hasanuddin Wahid, Ali Ansori, Abdul Malik Harmain, Ketua Umum Perempuan Bangsa (PB) Hj Siti Masrifah, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Dewan Koordinator Nasional (DKN) Garda Bangsa Nasrudin Cholil , dan Ketua Umum Gerakan Mahasiswa Satu Bangsa (Gemasaba) Heru Widodo.
Dia berharap kegiatan yang dihelat dalam rangka HUT ke-17 Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (F-PKB) DPR-RI ini dapat membuka wawasan politik kaum santri agar salah menilai pekerjaan anggota dewan.
Menurut dia, kerja di politik itu pekerjaan mulia. Banyak kaidah-kaidah yang harus diperjuangkan untuk mensejahterkan rakyat dan menegakan nilai-nilai Islam.
Sebab itulah, Karding memberikan nasihat agar santri tidak boleh kehilangan kepercayaan diri dalam berpolitik karena dari sisi kualitas santri memiliki kualitas mumpuni.
Santri, ungkap dia, telah ditempa akhlak dan mental mereka di pesantren. Bekal ilmu yang dimiliki dapat digunakan untuk membangun bangsa ini. Memperjuangkan kesejahteraan masyarakat.
Dia mengungkapkan politisi PKB hampir 90 persen berasal dari pondok pesantren atau pernah nyantri. Sehingga, PKB dijadikan kaum santri sebagai rumah politik kaum santri.
Kedepan, perkembangan bangsa ini bergantung pada santri-santri di seluruh Indonesia.
Begitu juga perkembangan NU ke depan, bergantung pada santri-santri yang ada saat ini.
“Jika ingin perjuangan NU tercapai di bidang politik, santri harus terjun dalam dunia politik,” tuturnya.