Selasa 20 Sep 2016 16:00 WIB

Dakwah Pendekatan Budaya Ala Indonesia Lebih Diterima di Belanda

Rep: Amri Amrullah/ Red: Damanhuri Zuhri
Masjid El-Tawheed di Amsterdam, Belanda.
Foto: Wordpress.com
Masjid El-Tawheed di Amsterdam, Belanda.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi Dakwah Dan Pengembangan Masyatakat Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, KH Muhammad Cholil Nafis mengungkapkan pengalaman dakwahnya di negeri kincir angin Belanda beberapa waktu yang lalu. Kedatangannya ke Belanda dalam rangka undangan acara masyarakat muslim di negeri kincir angin ini.

Ia mengatakan warga Muslim Indonesia di Belanda sering mengadakan kegiatan keagamaan melalui pementasan seni dan budaya Indonesia. Acara pengajian pun dilakukan dengan semarak kesenian dan kebudayaan Indonesia.

Pengajian ala Indonesia ini menarik bagi warga Belanda. "Sehingga masyarakat Belanda memandang cara ber-Islam warga negara Indonesia lebih familiar dan asyik dan memberi kesan tentang ber-Islam yang ramah," kata Kiai Cholil kepada Republika.co.id, Selasa (20/9). 

Warga Belanda, menurutnya, memang sudah seringkali mengikuti kegiatan keagamaan masyarakat Indonesia, yang dibalut dengan seni budaya. Bahkan, kata dia, akhirnya mereka memeluk Islam di masjid Indonesia karena senang dengan aktifitas keagamaan yang bernuansa seni dan kebudayaan Indonesia.

Pendekatan dakwah melalui budaya dan tradisi dianjurkan dalam Islam. "Islam mengakui adat sebagai sumber hukum maka berarti dapat dijadikan metode dakwah dalam penyebaran Islam. Sejatinya Islam mengakomodasi kebudayaan dan kearifan masyarakat setempat," ujar mantan wakil ketua Lembaga Bahtsul Masail PBNU ini.

Ia menjelaskan, Islam tidak anti seni dan budaya, bahkan menjunjung nilai-nilai yang berkembang di masyarakat. Dakwah Islam mengajak pada tauhid yang memberi nilai karakter diri dan ajaran yang memberi nilai baik pada kebudayaan. "Inilah Islam wasathiyah, yaitu Islam yang dapat dirasakan dan disaksikan oleh semua orang dan landasannya adalah keteladanan Rasulullah SAW sesuai Surah Al Baqarah: 143," jelasnya.

Islam yang dapat membedakan antara yang primer dan yang sekunder, antara pokok dan cabang, juga antara esensi ajaran dan syiar agama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement