Ahad 04 Sep 2016 22:23 WIB

Masjid Raya Touba, Penyejuk di Tengah Daratan yang Terik

Rep: Amri Amrullah/ Red: Agung Sasongko
Masjid Raya Touba, Senegal
Foto: Wikipedia
Masjid Raya Touba, Senegal

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menara masjid itu terlihat dari kejauhan, bahkan dari 15 kilometer jauhnya. Menara yang sangat populer dengan hiasan lampu mercusuar di atasnya. Lampu dan menara masjid ini menjadi landmark Kota Touba, kota berlatar belakang sejarah perjuangan Senegal melawan penjajahan Prancis.

Sebagai salah satu negara di Afrika barat, Senegal merupakan negara dengan penduduk Muslim mayoritas. Layaknya sebagian besar negara Muslim dan negara Afrika Barat, Senegal tidak lepas dari kolonialisme Prancis selama lebih dari satu abad. Peran umat Islam di Senegal pun sangat besar dalam perjuangan melawan penjajahan Prancis hingga kemerdekaannya.

Salah satu jejak sejarah masyarakat Muslim Senegal melawan kolonial Prancis adalah sebuah masjid besar yang berada di pusat Kota Touba, 194 kilometer timur ibu kota Senegal, Dakar.  Masjid Raya Touba merupakan salah satu masjid terbesar di Senegal. Masjid ini dapat menampung 7.000 jamaah, besarnya kapasitas daya tampung menjadikan ia sebagai salah satu masjid terbesar di Afrika barat.

Pembangunan yang tertunda

Masjid ini didirikan pada awal abad ke-20 oleh ulama sufi lokal, yang juga dikenal pendiri Kota Touba, Sheikh Ahmadou Bamba Mbàkke. Ia dikenal sebagai pendiri salah satu kelompok sufi dan spiritual Islam, Mouride. Sosoknya sangat terkenal dan dihormati di kalangan masyarakat Muslim Senegal dan kawasan Afrika barat. Ia juga dikenal sebagai motor penggerak perlawanan Muslim Senegal dan Masjid Touba merupakan bagian dari pergerakan Muslim Senegal atas kolonial Prancis.

Upaya Prancis mempertahankan wilayah jajahannya membuat pihak kolonial memberikan kesepakatan membolehkan aktivitas spiritual Sheikh Ahmadou Bamba usai penyiksaan dan pengasingannya. Setelah kompromi politik tersebut, Sheikh Ahmadou kemudian mengembangkan basis kekuatannya menjadi sebuah Kota Touba untuk aktivitas spiritualnya dan Masjid Touba sebagai pusat aktivitas dan ibadah. Konstruksi masjid dimulai pada 1930-an, sempat tertunda penyelesaian akibat Perang Dunia II.

Pengerjaan masjid ini kembali dilakukan hingga selesai pada 1963. Sejak selesai pengerjaannya, masjid terus mengalami perluasan dan renovasi. Di antaranya pada 1980-an penambahan ruang shalat dan terakhir rancangan arsitektur masjid ini disempurnakan oleh seorang arsitek Jepang, Tashiko Mori, pada 1990-an dengan penyempurnaan interior marmer. Penyempurnaan ini dilakukan seiring berkembang pesatnya Kota Touba, menuntut perluasan halaman masjid untuk menampung kapasitas jamaah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement