REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto mengatakan pondok pesantren memiliki peran untuk memperkokoh mental dan rohani generasi muda agar terhindar dari perbuatan yang menyimpang seperti LGBT, ataupun pribadi yang korup.
"Pesantren itu mengokohkan mental dan rohani generasi muda supaya tidak jadi LGBT dan tidak berlaku korupsi," kata Bima saat membuka Liga Santri Nusantara (LSN) 2016 region Jawa Barat IV di GOR Padjajaran Kota Bogor, Ahad (4/9).
Bima mengatakan, pondok pesantren telah bertransformasi menjadi sarana pendidikan yang tidak hanya mengajarkan ilmu agama, melatih fisik dan juga mental para santrinya. Seperti kegiatan LSN 2016, bagian dari mengolahragakan para santri menjadi pribadi yang tidak hanya kokoh ukhrowi tetapi juga fisiknya.
"Hidup harus seimbang, tidak hanya jasmani saja, tapi juga rohani," katanya.
Menurut Bima, semboyan "mens sana in corpore sano" yang artinya "jiwa sehat dalam tubuh yang sehat" tidak lagi relevan dengan kondisi saat ini. "Belum tentu yang badannya sehat, fisiknya bugar, badan tegap tidak LGBT, dan LGBT itu penyakit," katanya.
Begitu juga, mereka yang tubuh sehat, tapi pikirannya rusak yakni prilaku korupsi. "Sehingga diperlukan keseimbangan rohaniyah, agar jiwa yang sehat tubuh yang sehat tercipta kepribadian yang kokoh tidak LGBT dan korupsi," katanya.
Bima menyebutkan, pentingnya berolahraga, dibarengi dengan mental dan rohani yang dipekokoh. Pondok pesantren merupakan sarana untuk melantih mental dan rohani agar kokoh.
Menyadari kebugaran jasmani dan rohani, lanjut ayah dua anak ini mengatakan, dirinya mendorong seluruh pejabat dan pegawai di lingkungan Pemerintah Kota Bogor untuk rutin menjaga kebugaran dengan berlari keliling lapangan untuk memeriksa kebugarannya.
"Kita ingin pejabat Pemkot Bogor itu yang maju pikirannya, bukan perutnya. Makanya kita minta semua pejabat untuk jalani tes kebugaran, agar tetap fit menjalani tugas melayani masyarakat," katanya.
Bima mengajak semua pihak untuk bergerak bersama-sama, menjaga kesehatan.
"Jika warga sehat, negara akan kuat," katanya.
Koordinator LSN Region Jabar IV Heri Firdaus mengatakan, kompetisi tersebut diikuti oleh 32 tim yang berasal dari pondok pesantren yang ada di wilayah Bogor Raya (kota dan kabupaten), Cianjur dan Sukabumi.
Ke 32 tim tersebut terdiri atas 21 tim sepakbola pondok pesantren dari Bogor Raya, delapan tim dari Sukabumi, dan tiga tim dari Cianjur. "LSN region Jabar meliputi Bogor Raya, Cianjur dan Sukabumi. Total ada 32 tim yang bertanding dengan sistem gugur, hingga semi final pada 14 September mendatang," katanya.
Ia mengatakan dari 32 tim, akan dicari delapan tim yang akan masuk dalam babak final yang akan berlangsung di Kota Solo, bertanding melawan tim daerah lain seperti Aceh, Kalimantan, dan daerah lainnya.
"LSN kali ini memasuki tahun kedua. Tahun pertama LSN dilaksanakan langsung tingkat nasional, pada tahun ini, dibuat berbeda, dengan membagi region sebanyak 32 regional," katanya.
Dari masing-masing regional, lanjutnya akan mengirimkan tim yang menang untuk mengikuti final yang akan dilaksanakan di Kota Solo pada akhir September mendatang. "Selain jadi ajang silaturahmi antar santri, LSN mengemban misi ikut mensukseskan pesepakbola nasional dengan melahirkan atlet-atlet berbakat dari kalangan pesantren," katanya.