Ahad 14 Aug 2016 21:23 WIB

Potensi Zakat tak Harus Selalu Jadi Patokan

Rep: wahyusuryana/ Red: Damanhuri Zuhri
Zakat
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Zakat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah lembaga zakat mengungkapkan potensi zakat yang melebihi 200 triliun. Namun, penghimpunan zakat yang selama ini dilakukan belum mampu mencapai potensi tersebut.

Pengamat Zakat UIN Syarif Hidayatullah, Dr Amelia Fauzia, mengatakan, gambaran potensi zakat yang didapatkan lembaga-lembaga zakat, memang tidak melulu harus benar-benar tercapai.

Hal itu dikarenakan terkadang gambaran potensi zakat memiliki hitungan yang terbilang terlalu tinggi, terutama melihat kondisi masyarakat di Indonesia. "Jadi kalau ada hitungan potensi zakat itu tidak bisa selalu diterjemahkan harus terwujud," kata Amelia kepada Republika, Ahad (14/8).

Selain itu, ia merasa potensi zakat yang ideal itu memang harus menjadi semacam penggugah semangat, tapi kemauan dan kemampuan masyarakat untuk berzakat tetap memiliki banyak faktor.

Namun, Amelia tetap merasa tetap ada peningkatan penghimpunan dana zakat yang cukup signifikan, terjadi di Indonesia selama beberapa tahun terakhir.

Hal itu, lanjut Amelia, dikarenakan semakin bertambahnya lembaga zakat yang sudah berdiri secara resmi, serta dihadirkannya kreativitas oleh banyak lembaga zakat yang ada.

Lulusan program doktoral University of Melbourne itu menekankan, sejumlah faktor itu mampu menjadi pemompa semangat, sinergi dan penambahan pengimpunan zakat.

Untuk itu, ia berpendapat poteni zakat tidak bisa dikaitkan dengan penghimpunan dana zakat di Indonesia masih dirasa rendah, terutama melihat peningkatan yang signifikan telah terjadi.

Lulusan S2 dari University of Leiden tersebut menegaskan, zakat merupakan banyak faktor dan tidak bisa menjadikan satu faktor untuk mengambil kesimpulan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement