REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jika bukan berkat diplomasi presiden Sukarno kala itu, barangkali masjid yang berada tepat di seberang Benteng Peter dan Paul ini tetap digunakan sebagai gudang sampai sekarang. Hal ini tak terlepas dari kebijakan Uni Soviet yang tak sejalan dengan komunitas agama.
Alkisah, pada medio 1956, Sukarno tengah melakukan layatan kenegaraan ke Moskow, Rusia. Di tengah lawatan itu, Sukarno singgah ke St Petersburg yang saat itu masih bernama Leningrad, kota yang terkenal dengan keindahan arsitekturnya.
Saat melintasi Jembatan Trinity Bridge, pandangan Sukarno tertuju ke sebuah bangunan berkubah biru. Ia menduga, bangunan dengan menara menjulang tinggi ini adalah masjid. Ia meminta agar diantarkan menuju lokasi tersebut, tetapi tak diindahkan oleh para pengawalnya.
Penasaran, Sukarno diam-diam berangkat ke bangunan tersebut. Dugaannya benar, ternyata sebuah masjid yang beralih fungsi sebagai gudang! Singkat cerita, ia pun meminta Pemerintah Rusia untuk mengembalikan gedung itu seperti semula, masjid, tempat ibadah umat Islam. Wali kota Leningrad akhirnya mengabulkan permintaan tersebut sesampainya Sukarno di Tanah Air. Masjid ini pun kembali beroperasi sampai detik ini.