Nah, pada abad ke-19, di tengah kian maraknya pertanian di Amerika Serikat, banyak warga Afrika diciduk para penjual budak dan dibawa ke Amerika Serikat. Sekira 30 persen dari mereka diperkirakan berasal dari Afrika Barat dan beragama Islam. Azan bukan barang asing.
Beberapa tahun lalu, seorang ilmuwan sejarah dari Amerika Serikat, Syviane Diouf, berhasil membuktikan bahwa akar musik blues di AS adalah azan yang kerap dilantunkan para budak tersebut. Bukan kebetulan, musik kulit hitam di AS menggunakan banyak melisma selaiknya bait-bait perulangan dalam azan. Barangkali, saat mendengar lantunan lagu Beyonce Knowles, Mariah Carey, atau Alicia Keys, ada baiknya yang Muslim langsung ambil wudhu dan shalat alih-alih berjoget ria.
Dari rangkaian sejarah panjang itu, kita paham bahwa azan tak sekadar suara sumbang lewat pengeras suara bodong. Ia adalah juga cerita soal kesetaraan ras, penghormatan atas agama lain, kompromi dalam Islam, dan akar budaya populer.
Mudah-mudahan damai menyertai kita semua.