REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dompet Dhuafa berhasil mendapatkan penghargaan tingkat Asia The Ramon Magsaysay Award 2016. Menaggapi penghargaan yang diperoleh itu, pendiri Dompet Dhuafa Erie Sudewo mengatakan mendapat penghargaan adalah sebuah kemenangan. Namun ada yang namanya kemenangan sesungguhnya adalah dengan membangun tim berkarakter atau menghasilkan tim berakhlak.
“Juara atau penghargaan hanya dinikmati sesaat, paling lama tiga bulan, tetapi memiliki tim berkarakter atau tim berakhlak akan dikenang sepanjang masa,” jelas dia kepada Republika.co.id Rabu (27/7). Untuk itu Dompet Dhuafa tentu membutuhkan pemimpin sejati dengan visi yang jelas.
(Baca Juga: Dompet Dhuafa Raih The Ramon Magsaysay Award)
Dompet Dhuafa merupakan satu hal yang baru di zamannya. Lembaga filantropi ini menjadi lembaga yang mampu merubah tradisi pengelolaan dana umat tradisional menjadi manjamen profesional. Saat banyak orang melakukan pekerjaan sosial janya sekadar sambil lalu, Dompet Dhuafa mulai merubah hal tersebut dan bekerja sosial dengan sepenuh waktu.
Erie mengatakan, anak muda yang bekerja di Dompet Dhuafa melakukan perencanaan matang dengan manajeman yang profesional. Sejak awal Dompet Dhuafa telah membuat program master piece, yakni sebuah program kemandirian untuk membantu banyak orang.
Sebelum banyak program sosial muncul, Dompet Dhuafa telah menjadi pionir untuk memecahkan persoalan masyarakat. Salah satu program unggulan sejak awal berdirinya Dompet Dhuafa adalah tebar hewan qurban.
Erie menjelaskan, program ini bertujuan menghasilkan kedaulatan ternak di Indonesia. Sehingga muncul ratusan hingga ribuan peternak muda baru yang mengembangkan peternakan di Indonesia.
Selanjutnya adalah program Islamic micro finance. “Kita mengenal Baitul mal wal tamil (BMT), sejak berdiri kami berharap 10 tahun ke depan, Dompet Dhuafa dapat mencetak ribuan manajer BMT," katanya.
Saat ini pengembangan BMT telah berhasil dengan adanya kerja sama dengan IDB. Mereka saat ini telah merspons dan ketika kesepakatan terjalin maka Dompet Dhuafa dapat mengajak dunia luar untuk menerapkan konsep BMT.
Tak hanya dibidang sosial dan ekonomi, Dompet Dhuafa juga memiliki lembaga pendidikan dan menghasilkan lulusan yang berkompeten. Erie mengakui banyak kendala yang dihadapi saat awal berdirinya Dompet Dhuafa.
“Saya menjadi sekretaris redaksi Republika, dan setelah lahir 2 Juli 1993, Dompet Dhuafa perlu dikelola tetapi banyak pihak yang sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Saya bertanggung jawab untuk mengelola ini, saya berterima kasih dengan Republika karena telah mendukung dengan berbagai fasilitas pada awal berdiri,” jelas dia.
Erie yang juga menjadi Direktur Operasional pertama Dompet Dhuafa berharap Dompet Dhuafa dpat terus berlangsung dan mewarisi yang sudah benar. Pemimpin sat ini harus sudah melakukan kaderisasi agar SDM Dompet Dhuafa nantinya dapat mengambil alih dan mewariskan hal-hal baik lainnya.
(Baca Juga: Parni Hadi Berharap Dompet Dhuafa Bisa Terus Jaga Kepercayan Publik)