Selasa 19 Jul 2016 15:17 WIB

Peran Perempuan Dibutuhkan untuk Benahi Moral Bangsa

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Achmad Syalaby
Mendidik anak perempuan.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Mendidik anak perempuan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Lembaga Muslimah Dewan Pimpinan Pusat Wahdah Islamiyah, Ustadzah Harisa Tipa Abidin, menaruh harapan besar pada Muktamar III Wahdah Islamiyah. Ia berharap, peran perempuan dapat ditingkatkan demi membenahi moral bangsa.

"Keluarga adalah benteng pertama untuk menjawab berbagai persoalan bangsa, dan Muslimah Wahdah Islamiyah berkomitmen meningkatkan kualitas ibu dan Muslimah secara umum," kata Ustazah Harisa di Jakarta, Selasa (19/7).

Ia menerangkan, Muslimah Wahdah Islamiyah  telah 20 tahun lebih menjalankan dakwah,yang memang difokuskan dalam bidang sosial dan keluarga. Itu dimaksudkan untuk menuntaskan sejumlah permasalahan moral bangsa seperti lesbian gay biseksual dan transgender (LGBT), narkotika dan seks bebas.

Selain pengajian, lanjut Ustazah Harisa, dakwah itu turut diterapkan lewat pemberian santunan, penyuluhan, pengajaran dan pelatihan. Ia berpendapat, langkah itu bertujuan menyeimbangkan edukasi yang didapatkan perempuan, baik aspek keterampilan maupun aspek spiritual.

Senada, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa menuturkan, aspek spiritual dan rasional merupakan kesatuan dan pendekatan yang tidak bisa dipisahkan. Karena itu, ia berharap Muktamar III Wahdah Islamiyah dapat menjadi bagian penguatan aspek spiritualitas, yang tengah dibutuhkan bangsa Indonesia.

Khofifah yang memberikan materi kepada ratusan Muslimah Wahdah Islamiyah di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Selasa (19/7) siang, menekankan betul peran perempuan bagi bangsa. Maka itu, ia meminta Muslimah Wahdah Islamiyah dapat memperluas dakwah Islam Wasathiyah, sebagai pegangan utama pembenahan moral bangsa."Untuk membangun manusia dan revolusi mental, bahkan, aspek spiritual jadi kekuatan dan ruh yang dominan," ujar Khofifah.

Sebelumnya, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, mengaku cukup bangga terbukanya kesempatan untuk perempuan, seperti untuk menjadi hakim peradilan agama. Menurut Lukman, itu merupakan salah satu contoh tingginya peranan perempuan di Indonesia, yang mungkin belum dilakukan negara-negara Islam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement