Jumat 05 Sep 2025 15:45 WIB

'Perempuan adalah Kunci Ketahanan Pangan Nasional'

Kemenko mendorong kaum perempuan agar jadi penentu ketahanan pangan nasional.

Tenaga Ahli Kementerian Koordinator Bidang Pangan RI, Lula Kamal, dalam kegiatan Tanwir II Nasyiatul Aisyiyah di Hotel Horison Ultima Ratu, Kota Serang, Banten, Jumat (5/9/2025).
Foto: ist
Tenaga Ahli Kementerian Koordinator Bidang Pangan RI, Lula Kamal, dalam kegiatan Tanwir II Nasyiatul Aisyiyah di Hotel Horison Ultima Ratu, Kota Serang, Banten, Jumat (5/9/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, SERANG -- Kaum perempuan memiliki posisi kunci dalam menopang ketahanan pangan keluarga dan bahkan bangsa. Hal itu disampaikan Tenaga Ahli Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Pangan RI, Lula Kamal, dalam seminar pada rangkaian Tanwir II Nasyiatul Aisyiyah di Kota Serang, Banten, hari ini.

Dalam pemaparannya, ia menegaskan, peran perempuan tidak boleh direduksi hanya sebagai konsumen, melainkan juga sebagai pengelola sumber daya pangan di rumah tangga. Mereka terlibat langsung dalam rantai produksi pangan.

Baca Juga

“Perempuan merupakan kunci ketahanan pangan nasional. Perempuan harus merebut posisi, bukan sekadar menunggu diberi posisi,” ujar Lula Kamal di Hotel Horison Ultima Ratu, Kota Serang, Banten, Jumat (5/9/2025).

Dalam catatan Kemenko Pangan, lanjut dia, kondisi pangan nasional sedang menunjukkan kinerja yang positif. Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan tercatat stabil pada kuartal II 2025.

Produksi beras juga meningkat hingga 28,22 juta ton (naik 12,70 persen) dan jagung 11,57 juta ton (naik 3,12 persen). Adapun stok beras Badan Urusan Logistik (Bulog) bahkan menembus rekor tertinggi sepanjang sejarah, yakni 3,93 juta ton. Inflasi pangan bergejolak juga masih terjaga pada angka 3,85 persen, sesuai target Tim Pengendali Inflasi Pusat.

Meski demikian, Lula mengingatkan, semua capaian itu tidak membuat Indonesia bebas dari persoalan. Ia menyoroti tantangan ketahanan pangan yang kian kompleks, mulai dari perubahan iklim, gejolak harga, kondisi perekonomian, hingga alih fungsi lahan pertanian. Keterbatasan distribusi di negara kepulauan serta peningkatan jumlah penduduk juga menimbulkan tantangan baru.

“Pemanfaatan drone untuk penyebaran pupuk, misalnya, dapat meningkatkan efisiensi, menghemat tenaga, dan mempercepat proses distribusi di lahan pertanian,” jelasnya.

Selain memanfaatkan teknologi, Lula juga mendorong perempuan untuk aktif mengambil posisi di koperasi desa. Menurutnya, koperasi adalah wadah penting untuk pemberdayaan ekonomi sekaligus penguatan ketahanan pangan di tingkat lokal.

“Dengan berperan di koperasi desa, perempuan tidak hanya hadir sebagai anggota, tetapi juga bisa menjadi pengelola yang menentukan arah kebijakan ekonomi di komunitas,” tegasnya.

Seminar ini menjadi momentum bagi Nasyiatul Aisyiyah (NA) untuk menegaskan komitmen memperkuat kemandirian perempuan dalam ketahanan pangan, dengan menggabungkan peran di keluarga, penguasaan teknologi, hingga kepemimpinan di ranah publik.

Tanwir II NA digelar di Kota Serang, Banten, pada 4-6 September 2025. Tak hanya menjadi forum bagi sekira 145 peserta organisasi otonom (ortom) Muhammadiyah itu, Tanwir II juga mengundang sejumlah tokoh nasional untuk membicarakan dan merumuskan solusi bagi persoalan kebangsaan dan keumatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement