Jumat 29 Apr 2016 09:19 WIB

Muhasabah Shalat Kita

Rep: sri handayani/ Red: Damanhuri Zuhri
sejumlah santri mahasiswa malang sedang shalat hajat
Foto:
suasana shalat berjamaah di Masjid IMAAM, Maryland, Amerika Serikat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peristiwa Isra Mi'raj juga mengajarkan manusia pada dimensi kemanusiaan, dimensi malaikat (malakut), dan dimensi ketuhanan (lauhud). Dimensi kemanusiaan dapat dilihat dari perjalanan Rasulullah SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa.

Dari peristiwa ini, manusia diajak untuk melakukan hubungan sebaik-baiknya dengan makhluk Allah SWT dan menjalankan peran sebagai khalifah bagi alam semesta.

 

Menurut Kiai Zakky, peristiwa Mi'raj mengandung dimensi malakut dan lauhud yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT. "Salah satu aturan tersebut ditunjukkan dengan perintah shalat sebanyak 50 kali, yang kemudian diringankan oleh Allah SWT menjadi lima kali," papar Kiai Zakky.

 

Keberhasilan seseorang dalam menjalankan shalat tak dapat dilihat hanya dari ibadah fisik semata. Misi shalat, papar Kiai Zakky, untuk menjauhkan manusia dari perbuatan keji dan munkar hendaknya tergambar dalam kehidupan sehari-hari. Ini tergambar dari keinginan untuk berbuat baik, melakukan hal-hal yang terpuji, dan menjauhi hal yang terlarang.

Guru Besar bidang Akidah dan Filsafat Universitas Darussalam (Unida) Gontor, Amal Fathullah Zarkasyi, mengatakan perintah shalat merupakan sesuatu yang mutlak. Ini merupakan hasil dialog antara Allah SWT dengan Nabi Muhammad SAW.

Shalat juga menjadi penanda adanya iman dalam diri seseorang. "Orang yang materialistik tidak akan paham bahwa Nabi SAW bertemu Allah tidak badani, tidak jasadi, tapi secara ruhi," kata dia.

Lebih jauh lagi, shalat dipandang sebagai tiang agama. Orang-orang yang meninggalkan shalat diibaratkan bagai orang yang menghancurkan agama. Shalat memberikan pengaruh positif terhadap individu, sehingga pelakunya menjaga diri dari hal-hal yang akan mencemarkan agama.

Adanya interaksi manusia dengan Tuhan ketika shalat juga dipercaya dapat menimbulkan ketenangan jiwa. Ini menjadi awal tercapainya berbagai hal lain, misalnya keluasan pikiran yang menjadi dasar untuk mencari solusi atas berbagai permasalahan.

"Yang pokok konteksnya dalam kehidupan kita, kita harus konsisten menjalankan perintah shalat. Karena shalat itu banyak hikmahnya. Bisa menenangkan hati, mengatur kehidupan dengan baik, dan mencegah kekejian dan kemunkaran. Beda dengan orang yang tidak shalat," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement