Jumat 29 Apr 2016 09:19 WIB

Muhasabah Shalat Kita

Rep: sri handayani/ Red: Damanhuri Zuhri
sejumlah santri mahasiswa malang sedang shalat hajat
Foto:
shalat jamaah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di balik perintah shalat terdapat suatu pesan bahwa manusia hendaknya menyadari keberadaannya sebagai makhluk yang lemah.

Dalam hidup, banyak persoalan-persoalan yang terjadi di luar kemampuan manusia. Isra Mi'raj meneguhkan keyakinan manusia bahwa shalat dapat menjadi penyelesaian dari persoalan-persoalan tersebut.

Prinsip ini pada praktiknya sering kali tidak dijalankan. Ini terlihat dari banyaknya orang yang mengulur-ulur waktu shalat, baik dengan alasan pekerjaan maupun kepentingan dunia lainnya. Shalat lebih dipandang sebagai suatu beban, ketimbang solusi permasalahan.

Ilmu merupakan salah satu syarat untuk memperbaiki ibadah shalat. Oleh karena itu, umat Islam hendaknya terus meningkatkan ilmu guna menjadi landasan bagi setiap amal.

Untuk dapat khusyu dalam shalat, umat Islam perlu mengembalikan tujuan shalat sebagai langkah ibadah kepada Allah SWT. Dengan begitu, ia akan menghilangkan ingatan maupun fokus kepada hal-hal yang lain.

Pemahaman terhadap bacaan-bacaan shalat juga menjadi salah satu faktor yang mendukung kekhusyukan seseorang. Selanjutnya, seorang Muslim hendaknya tidak terburu-buru. Tumaninah menjadi salah satu bagian shalat yang tidak boleh ditinggalkan untuk mendapatkan kekhusyuan.

Menurut Rais Syuriah PBNU KH Zakky Mubarok, shalat merupakan dialog formal yang sangat intens antara hamba dengan Allah SWT. Oleh karena itu, kekhusyukan dan keikhlasan menjadi dua hal yang perlu terus ditingkatkan, seperti halnya riya harus terus dihilangkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement