Sabtu 16 Apr 2016 04:57 WIB
Kisah Inspiratif Pengalaman Guru Indonesia Mengajar

‘Aku Kenakan Jilbab Ketika Mengajar di Pedalaman Kalimantan’

Meiliani Fauziah
Foto:
Keluarga di Paser

Saat itu aku ada keperluan untuk mengirimkan beberapa dokumen via email. Aku lalu berangkat ke kota kabupaten untuk internetan di sebuah pusat wi-fi. Namun ternyata jaringan sedang terganggu, tidak bisa internetan. Seorang pemuda yang juga berada di sana menawarkan untuk memakai jaringan internet miliknya.

Aku menerima bantuan tersebut dan langsung mengirim email ke kantor di Jakarta. Kami sempat mengobrol sebentar, hingga mengetahui bahwa pemuda ini atlet silat. Mengetahui hal ini aku langsung tertarik minta diajari. Aku bilang datang saja ke sekolah, anak-anak pasti senang ada ekstrakulikuler silat. Pemuda itu menyanggupi waktu latihan di malam hari Rabu ba’da Isya. Aku mengiyakan dan langsung kembali ke desa.

Tiba saat hari kami janjian, pemuda itu tidak kunjung datang di jam yang disepakati. Aku dan dua orang temanku, dengan beberapa anak menuggu hampir dua jam di sekolah. Kami memutuskan untuk menunggu di rumah seorang siswa. Dia memang pada akhirnya datang saat hampir ralut malam. Kami pun meminta agar latihan malam ini ditunda, datang saja lagi minggu depan.

Entah apa yang ada di pikiran pemuda tersebut, keesokan harinya dia datang ke rumahku dengan anak-anak. Dia bilang anak-anak ingin latihan, tapi mereka bilang harus bersamaku. Untungnya, aku selalu mewanti-wanti agar siswaku tidak berpergian bersama orang tidal dikenal. Aku pun menegur pemuda itu karena seingatku aku tidak menyuruhnya datang. Dia kusuruh pulang dan kubilang tidak boleh ada latihan tanpa diriku.

Malam itu dia memang pergi, tapi teleponnya tidak berhenti sejak saat itu. Dia sempat mengirimkan besar bahwa dia adalah anggota perguruan terkenal, atlet silat, dan lainnya. Namun dia juga bilang bahwa sesungguhnya dia gusar karena melihat di desaku ada murid perguruan lain, dimana mereka pernah punya cerita bersama. Jadi aku harus bagaimana ya menghadapi pemuda aneh ini?

Aku kembali gusar. Aku takut pemuda ini datang lagi ketika aku tidak ada. Apalagi kadang aku harus pergi ke kota sebelah. Akhirnya kuputuskan untuk menempel pengumuman di papan majalah dinding sekolah bahwa tidak boleh ada latihan silat sampai aku memberi pengumuman baru. Aku juga berkeliling desa untuk bercerita tentang pemuda itu, yang tidak aku ijinkan melatih di sekolah. Aku meminta semua orang tua melarang jika anaknya minta ijin berlatih silat di sekolah.

Kabar begitu cepat menyebar. Aku lalu diberi saran agar sering-sering tidur di lantai, bukan di dipan. Entah apa pula maksudnya, aku memilih tidak bertanya lebih jauh daripada ketakutan. Masih setengah tahun lagi sampai aku selesai penugasan. Baiklah kuikuti saja. Di Jakarta aku baru tahu bahwa sebagian orang percaya kalau tidur di lantai bisa menghindarkan diri dari teluh. Alamak…!

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement