Sabtu 16 Apr 2016 04:57 WIB
Kisah Inspiratif Pengalaman Guru Indonesia Mengajar

‘Aku Kenakan Jilbab Ketika Mengajar di Pedalaman Kalimantan’

Meiliani Fauziah
Foto:

Sampai tiba suatu hari terjadi sebuah musibah di desa. Sebuah kasus pelecehan seksual terjadi melibatkan para murid di sekolah. Ada rombongan pemuda yang sengaja menyuruh murid-muridku menonton video porno. Akibatnya fatal. Dua siswaku mengulang adegan tersebut dengan siswi adik kelasnya.

Anak-anak memang tidak pandai berbohong. Ketika kami, para guru, menanyakan kebenaran hal ini mereka menjawab seadanya, dengan mimik yang biasa saja. Mereka mungkin belum mengerti bahwa kegiatan itu untuk bukan untuk semua usia. Wali kelas bilang bahwa kegiatan itu perbuatan setan. Miris rasanya mendengar deskripsi kegiatan seksual dari mulut bocah kelas dua Sekolah Dasar. Lebih miris lagi mengingat kami, para guru, mengetahui hal ini setelah para siswa bercanda seputar “Bu, si anu masa main perkosa-perkosaan.” Duh. Astagfirullah!

Para guru memutuskan memberitahu orang tua masing-masing. Satu desa gempar, mengingat ternyata hal seperti ini bukan pertama kalinya terjadi pada siswi yang bersangkutan. Rapat desa pun digelar. Tiga keluarga dipertemukan untuk membicarakan masalah ini. Keluarga siswi marah namun memutuskan tidak memberi tindakan apa-apa. Semuanya sepakat untuk menjadikan kasus ini pelajaran bersama.

Malam setelah rembuk desa, aku memutuskan untuk memberi pelajaran tentang seksual kepada muridku sebelum memulai pelajaran. Mereka harus tahu bahwa hanya kepala, tangan, dan kaki yang boleh dipegang orang lain. Bagian dada sampai lutut betul-betul terlarang dipegang oleh siapapun. Hanya orang tua yang berjenis kelamin sama yang berhak memegang bagian tersebut, itu pula jika mereka mengijinkan. Kalau mereka tidak nyaman akan sebuah sentuhan, mereka berhak menolak. “Kalian harus berani. Lawan sekuat tenaga kalau ada yang memaksa menyentuh bagian-bagian itu.”

Aku menyampaikan pelajaran seksual dengan berbagai cara. Mulai dari mengubah sebuah lagu, sampai sering-sering bercerita tentang kisah para nabi. Aku pernah mendengar cerita bahwa zaman dahulu kala ada seorang perempuan yang kerap diganggu ketika pergi ke pasar. Aku bercerita bahwa sesama muslim harus saling menjaga, terlebih jika bersaudara. Tapi hal ini tidak mudah. Muridku justru lebih tertarik bertanya, “Ibu tahu kisah nabi darimana? Ibu bahkan tidak pakai jilbab kecuali hari Jum’at.”

Bukan satu dua kali aku mendapat pernyataan seperti ini. Sering, dan terlalu sering...!

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement