Jumat 08 Apr 2016 08:49 WIB

Kitab Kuning Jangan Sampai Terpinggirkan

Rep: sri handayani/ Red: Damanhuri Zuhri
Ilustrasi Kitab Kuning
Foto:
KH Asnawi Bin Abdurrahman Al Bantani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menurut Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia, Prof Dr Din Syamsuddin, di Indonesia, banyak kitab kuning yang ditulis ulama terdahulu dan menjadi rujukan di Timur Tengah.

Mantan Ketua umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini kemudian menyebut karya-karya al-Bantani, al-Palembangi, al-Banjari, dan sejumlah ulama lain yang menjadi rujukan.

Sayangnya, di era modern saat ini, buku-buku ini kurang mempengaruhi dunia luar. Karya-karya tersebut tidak diterjemahkan dalam bahasa Internasional, khususnya Inggris dan Arab, sehingga tidak banyak dipahami masyarakat internasional. "Padahal dari sisi kualitas tidak kalah. Makanya perlu diterjemahkan," kata Din.

Perkembangan teknologi saat ini berdampak pada publikasi kitab kuning yang kini dapat dibaca secara online. Pengajaran kitab kuning di sekolah-sekolah Islam, kata Din, mungkin saja dilakukan. Namun, upaya ini perlu dilakukan dengan berbagai pertimbangan sehingga tak sekadar menambah beban para siswa.

Din mengatakan, perlu ada metode pintas untuk dapat mengajarkan pengkajian kitab kuning secara lebih cepat. Ia mencontohkan, di Amerika Serikat, dalam satu semester, para mahasiswa dapat membaca puluhan kitab kuning. "Jangan waktu terhabiskan," kata dia.

Pengajaran kitab kuning hendaknya menjadi tanggung jawab semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat, terutama pesantren.

Pengajaran kitab kuning juga perlu diimbangi dengan buku-buku yang berkembang pada saat ini, sehingga ilmu yang diajarkan dalam kitab kuning dapat dicari relevansinya dengan kondisi saat ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement