REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islamic Book Fair, pameran buku Islam yang digelar Ikapi DKI Jakarta di Istora Senayan Jakarta selama 10 hari, 26 Februari hingga 6 Maret 2016, berakhir sudah, Ahad (6/3).
Pameran terbesar se-ASEAN ini mampu menghadirkan pengunjung hingga 430 ribu orang. Mereka datang dari berbagai wilayah di Indonesia mulai dari masyarakat umum hingga santri dan siswa Sekolah Dasar.
Ketua Yayasan Ayo Membaca Indonesia, Dedi Sjahrir Panigoro menilai perhelatan Islamic Book Fair (IBF) patut dipertahankan eksistensinya. Sebab Islamic Book Fair, kata dia, memberikan dampak positif, yakni menyebarkan minat baca kepada masyarakat.
"Karena menyebarkan minat baca dan tulis, maka Islamic Book Fair harus terus menerus dilakukan," ungkap Dedi Sjahrir Panigoro kepada Republika, Senin (7/3).
Menurut Dedi Panigoro, penyelenggaraan Islamic Book Fair (IBF) pada waktu mendatang juga perlu memikirkan tempat yang lebih beragam.
"Seperti di pusat perbelanjaan, Jakarta Convention Center, dan tempat-tempat lain yang dapat dengan cepat menarik perhatian masyarakat umum," kata Dedi menjelaskan.
Dengan demikian, sambung Dedi, acara Islamic Book Fair akan lebih banyak menjaring partisipasi masyarakat. Terlebih akses tempat penyelenggaraan, kata dia, lebih mudah dijangkau.