Selasa 01 Mar 2016 10:35 WIB

Jasa Etnis Cina dalam Penyebaran Agama Islam di Nusantara

Santri di pedalaman Jawa tahun 1910.
Foto:
Prof Hermanu Joebagio, Guru Besar Sejarah Politik Islam UNS.

Hermanu menegaskan, jejak pengaruh budaya Cina dalam penyebaran Islam di nusantara beberapa di antaranya adalah terlihat pada pemakaian baju koko menjadi "baju Muslim" Indonesia. Selain itu, dalam soal penyebaran agama Islam juga tak bisa disepelekan peran panglima perang Kekaisaran Cina, yakni Laksamana Ceng Ho.

‘’Harus diakui baju Muslim ala Indonesia adalah baju koko yang dulu dipakai para pedagang Cina Muslim ke Indonesia. Fakta itu jelas dan hidup nyata sampai sekarang,’’ ujar Hermanu menegaskan.

Fakta penting lain mengenai pengaruh etnis Cina dalam penyebaran Islam di nusantara, lanjut Hermanu, adalah bila melihat sosok yang dikenal publik dengan sebutan "Wali Songo". Sebagian bahkan ada yang menyebut semuanya memiliki darah Cina. Paling tidak mereka adalah orang-orang yang dahulu tinggal di kerajaan Campa dan Kanton (sebagian kini menjadi wilayah Vietnam). Banyak warga Muslim di daerah itu pergi meninggalkan tempat itu setelah wilayah itu tertimpa tragedi genosida pada abad ke-12 dan 13 Masehi.

‘’Wali yang berdarah Cina itu, misalnya Sunan Giri, Sunan Muria, dan Sunan Ampel. Bahkan, Sunan Ampel itu anak panglima perang kerajaan Campa,’’ katanya.

Dan, seiring tragedi genosida tersebut, para penganut Muslim dari wilayah sekitar Campa dan Kanton kemudian lari menyebar ke banyak wilayah. Sebagain lari ke Filipina selatan (kini dikenal dengan sebutan bangsa Moro), sebagian lari ke semenanjung Malaka (kini Malaysia), dan sebagaian lainnya lari ke Jawa, Sumatra, dan Kalimantan.

‘’Khusus yang sampai ke wilayah nusantara, mereka pun kemudian membentuk warna atau budaya Islam yang baru. Maka, terbentuklah atau muncullah sosok wajah Muslim ala nusantara yang berwajah Arab, Cina, dan Melayu. Jadi, lagi-lagi tradisi etnis Cina Islam di masa lalu berbaur dengan tardisi Islam di nusantara yang datang dari Timur Tengah dan tradisi yang ada di masyarakat lokal,’’ ungkap Hermanu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement