Selasa 02 Feb 2016 13:00 WIB

Sosok Penting di Balik Geliat Dakwah Islam di Trinidad Tobago

Masjid di Trinidad Tobago
Masjid di Trinidad Tobago

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di negeri perantauan ini, kaum Muslim Mandigo terus berusaha menjaga identitas keislamannya. Di bawah pimpinan seorang tokoh bernama Muhammad Beth, mereka juga berusaha lepas dari perbudakan.

Sejatinya, mereka senantiasa rindu untuk pulang ke kampung halaman. Akan tetapi, akhirnya mereka terputus hubungan dengan tanah kelahiran dan menetap di Trinidad.

Orang-orang Asia Selatan yang datang belakangan pertama kali tiba pada perayaan ulang tahun Trinidad pada 31 Mei 1845 menggunakan kapal Fatel Razeck yang berlabuh di Port of Spain. Mereka datang bersama dengan buruh lainnya yang beragama Hindu dari Uttar Pradesh, India, dengan jumlah keseluruhan 225 orang. 

Hidup sebagai budak bukanlah kondisi yang menyenangkan, melainkan menyengsarakan. Kendati hidup sengsara, para budak Muslim tetap mempertahankan iman Islam mereka. Islam mereka jalankan dengan penuh kesetiaan dan penyerahan diri atas kehendak Allah SWT. 

Dalam perjalanan sejarah Islam yang panjang di Trinidad, tercatat sebuah nama, Sayad Abdul Aziz. Dialah sosok penting dalam sejarah Islam di negeri ini. Bahkan, ada yang menyebutnya sebagai tokoh stabilitas Islam di Trinidad.

Ia salah satu Muslim di Trinidad kala itu yang bisa membaca, menulis, dan memahami bahasa Urdu. Ia juga ahli di bidang matematika dan teknik. Sayad datang ke Trinidad pada 1883 sebagai mantan buruh di Afghanistan untuk menyebarkan Islam.

Sayad tinggal di Princes Town, bagian selatan Trinidad. Tapi, pengaruhnya terasa di seluruh koloni. Keramahannya membuat setiap orang bisa merasakan atmosfer Islam yang terpancar dari dalam dirinya. Ia pun mendirikan perkumpulan Islam pertama yang dinamakan Islamic Guardian Association.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement