Jumat 29 Jan 2016 10:25 WIB

Rakernas Al Washliyah Bahas Radikalisme dan Aliran Sesat

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Al washliyah
Al washliyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Organisasi Islam Al Jam'iyayul Washliyah akan menyelenggarakan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) I yang akan berlangsung Sabtu, (30/1) di Wisma DPR Cikopo, Puncak, Jawa Barat. Rakernas tersebut bertujuan menguatkan hasil Muktamar yang diselenggarakan April 2015 lalu.

Ketua Umum Pengurus Besar Al Washliyah Yusnar Yusuf mengatakan, pihaknya akan mengimplementasikan program kerja secara nyata dari hasil Muktamar. Beberapa hal yang akan dibahas diantaranya adalah Dewan Fatwa Al Washliyah yang akan menyikapi masalah-masalah yang terjadi di Indonesia saat ini khususnya berkaitan dengan Islam.

"Banyak sekali masalah yang belakang menyinggung Islam seperti kasus Gafatar, adanya radikalisme, ini merupakan hal terpenting untuk dibahas," ujar dia kepada Republika.co.id, Jumat (29/1).

Al Washliyah juga berusaha untuk meningkatkan dakwah baik dibidang pendidikan, ekonomi dan amal sosial.

Mereka juga akan menyosialisasikan nilai-nilai kebangsaan melalui Bhinneka Tunggal Ika. Terkait dengan ekonomi, Al Washliyah pun sipa menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

Selama ini banyak pihak memandang sebelah mata pada umat Muslim di Indonesia. Mereka tidak terlalu paham dan mampu mengembangkan bisnis.

Dalam hal ini diperlukan pembelajaran di kalangan masyarakat dan meyakinkan pemerintah, umat Muslim saat ini mampu bersaing di dunia bisnis. Selain itu untuk dunia pendidikan, dengan lembaga pendidikan yang ada pihaknya berharap dapat bersaing saat masuk dunia kerja.

Penguasaan dua bahasa, Arab dan Inggris sangat penting. Beberapa lulusan pendidikan AL Washliyah di Hizbul Ali banyak yang dapat mengenyam pendidikan di Timur Tengah serti Al Azhar di Mesir dan Abu Nur di Suriah.

Mereka dapat berkuliah disana tanpa tes dengan Muadalah, penyetaraan ijazah Pesnatren dengan Al Azhar Mesir. Beberapa tahun ini kualitas guru juga perlu peningkatan karena hanya tinggal 10 persen guru yang berkualitas untuk mampu membentuk siswa yang berpretasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement