REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Kebijakan Perdana Menteri Inggris David Cameron mewajibkan Muslimah berbahasa Inggris tidak hanya mendapat respons dari pelajar kelas tiga sekolah dasar asal London, Sadiya Rahman. Pelajar tersebut mengirimkan surat ke kediaman Cameron.
Dalam suratnya, gadis cilik yang memiliki ibu imigran asal India tersebut menyuarakan kegelisahannya. “Kami takut memikirkan mereka akan membawa pergi Ibu kami,” tulis Rahman dalam suratnya, menceritakan kecemasannya sewaktu ia mendengar kedua orang tuanya membicarakan kebijakan dari Cameron tersebut.
Rahman menceritakan, ibunya tengah menjalani pendidikan sastra Inggris, tetapi di rumah ia bicara dalam kalimat-kalimat Urdu karena ia ingin keluarganya mempelajari bahasa itu. Aksen Ibu Rahman saat menggunakan bahasa Inggris, tulis Rahman, terdengar lucu. Ibunya pun tak menyukainya.
Rahman pun merasa takut ia tak dapat mengenakan hijab dengan bebas saat tumbuh dewasa nanti. Cameron kemungkinan akan menetapkan kebijakan melarang penggunaan penutup kepala. Gadis cilik yang bercita-cita menjadi penulis dan ilmuwan tersebut sedih jika nanti ia tak dapat mengenakan hijabnya sewaktu menolong orang lain.
Rahman yang pernah mengikuti kegiatan sosial penggalangan dana bahkan berani mengenakan hijab di depan umum saat ramai, ketakutan, dan anggapan buruk terhadap Muslim. “Saya ingin menunjukkan pada mereka bahwa Muslim itu baik. Tentu, ada beberapa Muslim yang jahat, tetapi bukankah orang jahat itu di mana-mana?” Rahman menjelaskan lewat tulisannya.