REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru bicara UNRWA Christoper Gunness mengatakan kepada Aljazirah, bahwa penyebab keterlambatan dalam rekosntruksi adalah kombinasi dari pengepungan dan kurangnya dana. Ia mencatat ada puluhan ribu keluarga yang rumahnya rusak dalam perang belum menerima dana perbaikan.
"Kita cenderung membuat konsep (pengepungan) seperti apa yang diizinkan masuk, tapi juga tentang apa yang tak keluar (ekspor). Sebab jika kita membangun kembali semuanya besok, tapi perekonomian mereka tak berkembang, maka itu tak menjawab kebutuhan dan keprihatinan mereka sebagai manusia," ujar Gunness.
(Baca: Musim Dingin Perparah Kamp Karavan Warga Palestina)
Saudara Najjar, Mustafa, yang juga tinggal di karavan bersama istrinya mengatakan tak hanya masalah kesehatan fisik. Tapi mereka yang tinggal di karavan juga mengalami dampak psikologi yang parah.
(Baca Juga: Warga Palestina di Kamp Karavan Rasakan Dampak Musim Dingin)
"Saya belum tidur dengan tenang selama lebih dari setahun. Kadang tikus membangunkan saya, kadang-kadang itu mimpi buruk dari truma yang kami alami saat perang," ujarnya kepada Aljazirah.