Rabu 02 Dec 2015 05:23 WIB

Apa Gerangan yang Membuat Harun Ar-Rasyid Menangis?

Rep: Nashih Nasrullah/ Red: Agung Sasongko
Pertobatan yang sungguh-sungguh dan disertai penyesalan pasti diterima Allah SWT.
Foto:
Berdoa mengurasi stress di Tanah Suci

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kegelisahannya belum terobati. Ia meminta diantarkan ke ulama yang lain. Giliran Abd ar-Razaq al-Hamam yang mendapat kehormatan berikutnya.

Sama seperti sebelumnya, cendekiawan yang tersohor dengan kepakarannya di bidang ilmu agama itu mengaku kaget dengan kunjungan yang terkesan tiba-tiba dari sang khalifah. Singkat kata, setelah berdialog dalam kurun waktu yang sama, akhir percakapan tidak berbeda jauh dengan kesimpulan diskusi Harun dan Sufyan.

Al-Hamam menyarankan Harun agar membayar utangnya secepat mungkin. Jawaban itu tetap saja tidak menenangkan hatinya.

Putra dari al-Mahdi dan al-Khayzuran itu meminta al-Fadhil supaya mempertemukannya dengan tokoh lain . Berangkatlah mereka ke al-Fadhil bin 'Iyadh, sufi ternama pada masa itu. Tibalah rombongan ke kediaman Ibnu 'Iyadh. Mereka mendapatinya tengah shalat dengan membaca Alquran.

Beberapa saat kemudian, diketuklah pintu rumah Ibnu Iyadh. “Siapa yang datang?” kata pemilik rumah. “Pemimpin umat,” jawab Ibnu ar-Rabi'. “Saya tidak ada urusan dengannya,” jawab al-Fadhil bin 'Iyadh. “Subhanallah, apakah kau tidak menaatinya?” ujar Ibnu ar-Rabi'.

Akhirnya, Ibnu 'Iyadh membuka pintu lantas kembali naik ke lantai atas, lalu mematikan lampu dan kembali ke sudut rumahnya untuk beribadah. Sontak, rumah gelap gulita. Para tamu mencoba meraba-raba dan secara tak sengaja tangan Khalifah Harun ar-Rasyid menyentuh telapak tangan al-Fadhil bin 'Iyadh.

“Betapa lembutnya tangan ini, seandainya besok selamat dari siksa Allah SWT,” ujar Ibnu 'Iyadh. Harun kaget bukan main, ia pun meminta tokoh sufi itu meneruskan petuahnya.

“Ketika Umar bin Abd al-Aziz memimpin, ia merasa tanggung jawab yang diemban sangat berat, ia pun meminta asupan semangat kepada tiga ulama, yaitu yang pertama, Salim bin Abdullah. Ia berpetuah, jika Anda ingin selamat dari siksa Allah, berpuasalah dari dunia dan jadikan kematian adalah waktu berbukanya.

Kedua, Muhammad bin Ka'ab al-Qurzhi berpesan hormati ayahmu, muliakan saudaramu, dan sayangi buah hatimu. Sedangkan, ketiga, Raja' bin Hayawih berujar, berikanlah apa yang mereka suka seperti kesukaanmu dan hindari apa yang tidak mereka senang seperti kau juga merasa tidak suka.

Silakan Anda meninggal, tetapi aku takut ketika datang waktu itu, tak seorang pun yang mengatakan ini seperti mereka berpesan kepada Umar bin Abd al-Aziz. Apakah Anda pernah mendapat pesan semacam ini?” ujar Ibnu 'Iyadh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement