Selasa 02 Jul 2019 10:00 WIB

Mengenal Harun Ar-Rasyid, Sang Khalifah

Harun berwatak agak pemalu juga memiliki sisi halus.

Bekas istana Daulah Abbasiyah di Baghdad, Irak.
Foto: flickr.com
Bekas istana Daulah Abbasiyah di Baghdad, Irak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai kanak-kanak, Khalifah Harun ar-Rasyid menghabiskan sebagian waktunya di harem kerajaan. Dia diawasi oleh staf harem, seperti lazimnya berlaku untuk pewaris takhta yang sedang tumbuh.

Masa tinggalnya di sana kerap kali dibangkitkan oleh kunjungan Manshur, sang kakek. Manshur yang mengesankan melangkah dengan sepatu bot hitamnya yang besar dan serban hitam. Tidak lupa kisah-kisah mengenai kekuasaannya yang bercampur dengan nasihat bijak mengenai kabajikan hidup hemat.

Namun di sisi lain, dia menjalani pelatihan khas bagi seorang pangeran mahkota. Dia mempelajari sejarah, geografi, dan retorika (kefasihan), musik dan syair, serta ekonomi dalam bentuk pelajaran keuangan. Pelajaran keagamaan membungkus atau mewarnai semua mata pelajaran karena Islam merupakan sebuah kebudayaan religius. 

Di bawah pengawasan Ali bin Hamzah al-Kisa'i, seorang teolog terkemuka, energi terbesar Harun digunakan untuk menguasai hadis atau sunah Nabi dan teks Alquran. Latihan fisiknya sebagai calon tentara Tuhan juga ditekankan. Dia menerima latihan militer yang dipadukan dengan permainan pedang, panahan, dan pertempuran berkuda dengan pelajaran seni perang.

Namun, Harun yang berwatak agak pemalu juga memiliki sisi halus. Salah satu gurunya konon adalah Abdul Malik bin Quraib al-Ashmu'i. Jika benar, Harun tidak bisa mendapatkan pembimbing yang lebih terpelajar dan bijaksana. Seorang penduduk asli Basra dan berusia sekitar 20 tahun lebih tua dari Harun, Ashmu'i, demikian tulis sejarawan Muslim awal yang hebat, Ibnu Khalikan.

"Seorang pakar bahasa Arab yang sempurna, seorang ahli tata bahasa yang mumpuni, dan yang paling terkemuka di antara orang-orang yang meriwayatkan secara lisan berbagai narasi historis, anekdot luar biasa, kisah yang menghibur, dan ungkapan yang langka yang menjaga bahasa agar tetap hidup," ujar Khalikan dalam tulisannya.

Pada saat yang sama, menurut seorang kolega, dia selalu tahu banyak hal ketimbang kelihatannya. Ashmu'i menulis beragam tema yang luas, mulai zoologi dan meteorologi hingga pepatah dan permainan peluang. Namun, ia berhati-hati dalam cara menggunakan pengetahuannya. Dia menolak terlibat dalam berbagai persoalan publik dan pertentangan keagamaan yang panas.

sumber : Mozaik Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement