Rabu 18 Nov 2015 13:59 WIB

Perjalanan Cucu Kepala Suku Indian Mencari Cahaya Islam

Rep: c 38/ Red: Indah Wulandari
Dr Maryam Blackeagle
Foto:
Maryam Blackeagle

CALIFORNIA -- Medio tahun 1980an, tidak banyak sumber yang bisa mengenalkan Maryam pada Islam.

Ia mendapat sekarung penuh buku dari seorang sesepuh kelompok Muslim.

Ada sebuah buku berjudul ‘Inquiries Into Islam.’ Buku itu memuat diskusi antara seorang sarjana Muslim dan seorang pendeta Kristen.

Maryam duduk menyanding buku itu, Alkitab, dan Alquran. Setiap kali usai membaca satu bagian dalam buku itu, Maryam cocokkan isinya dengan kedua kitab suci yang dia pegang.

Berulang kali, dia memeriksa Alkitab untuk ayat-ayat yang sejajar dengan Alquran. Maryam mencoba menemukan kesalahan, tapi tidak ada satu pun.

“Saya menjadi cukup frustasi karena ini tidak bakalan seperti yang saya rencanakan,” ungkapnya.

Justru, Maryam kagum pada hal-hal yang dia baca dalam Alquran. Ia melihat ajaran tentang tanggung jawab dan keterkaitan manusia dengan alam semesta.

Bagi seorang suku asli Amerika yang lahir di alam bebas, ajaran itu terdengar indah. Yang dia temukan bukan penindasan dan degradasi perempuan, tapi martabat dan keesaan Tuhan.

“Semakin saya membaca, semakin saya butuh membaca,” kata dia. Maryam pernah mencoba berhenti membaca, tapi suara di kepalanya bergaung menyuruhnya untuk terus membaca. Ia merasa itu menjadi hampir seperti obsesi.

Suatu hari, ketika sedang duduk membaca Alquran di bawah pohon, dia merasa menemukan jawaban. Maryam melihat kebenaran. Dia jadi paham siapa dia, bagaimana seharusnya dia menjalani hidup, dan kemana dia setelah mati. Maryam duduk tertegun dan menangis.

“Ketika saya menyatakan syahadat, saya hampir tidak percaya,” kata Maryam. Tidak ada jalan lain. Dia telah mendengar begitu banyak cerita indah masuk Islam.

“Saya tidak ingin sama sekali, tapi saya tidak bisa menolaknya. Saya tidak memilih Islam. Islam yang memilih saya. Dan, saya tidak bisa menyangkal kebenaran ketika telah melihatnya.”

Sedikit demi sedikit, Maryam membersihkan hidup. “Saya menemukan kedamaian dan harga diri, yang saya tidak tahu apakah saya masih berhak atau tidak. Saya belajar bahwa Allah tidak membenci saya. Allah benar-benar mencintai saya,” tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement