Rabu 04 Nov 2015 20:44 WIB

'Masakan Ustmaniyah' yang Mendunia

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Agung Sasongko
Kuliner Ottoman
Foto: .gateofturkey.com
Kuliner Ottoman

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kesultanan Turki Utsmani dikenal sebagai negara multietnik yang menyimpan ragam budaya. Peradaban majemuk itu tidak hanya dijumpai dalam bentuk arsitektur bangunan mereka nan megah, melainkan juga tecermin dalam budaya kulinernya.

Istilah 'masakan Utsmaniyah' mengacu pada kombinasi budaya dari berbagai kawasan dunia yang secara substansial sangat luas cakupannya. Mulai dari sebagian besar dunia Arab, Afrika Utara, wilayah Balkan, Anatolia, Kepulauan Aegean, Kaukasus, negeri-negeri di utara Laut Hitam, hingga kawasan Persia.

Meskipun hidangan Utsmaniyah mencerminkan berbagai aspek kebudayaan dalam ruang lingkup geografi yang luas tersebut, proses pembentukannya telah disesuaikan dengan kekayaan budaya dan kebiasaan bangsa Turki. Menurut sejarawan Turki, Arif Bilgin, setidaknya ada tiga faktor utama yang berkontribusi terhadap pembentukan karakteristik masakan Utsmaniyah, baik masakan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat umum maupun hidangan yang khusus disajikan untuk kalangan istana.

Faktor pertama adalah tradisi yang diwarisi dari Asia Tengah. Hal ini tampak pada kebiasaan orang-orang Turki mengonsumsi makanan berbahan dasar daging dan susu selama periode Utsmaniyah. "Kebiasaan makan semacam ini sendiri lahir dari gaya hidup masyarakat Asia Tengah yang disebabkan oleh kekhasan kondisi geografi tempat tinggal mereka," tutur Bilgin, seperti dikutip Muslim Heritage.

Yang kedua adalah pengaruh budaya Arab dan Persia. Pengaruh ini terbentuk selama periode migrasi bangsa Turki dari tanah leluhur mereka (Turkistan) menunju Anatolia (Republik Turki sekarang) pada abad ke-11. Dalam kurun waktu tersebut, orang-orang Turki umumnya mengambil manfaat dari masakan dan kebiasaan makan masyarakat di negara-negara yang mereka singgahi.

Pengaruh budaya Persia dan Arab masih terasa kuat dalam tradisi kuliner Utsmaniyah hingga abad ke-19. Salah satu bukti paling signifikan adanya interaksi budaya ini dapat ditemukan pada nama-nama sejumlah hidangan ataupun produk makanan yang berakar dari bahasa Arab dan Persia.

"Meskipun demikian, masakan Utsmaniyah yang diadopsi dari dua kebudayaan tersebut kemudian mengalami perubahan. Takaran bahan-bahannya pun disesuaikan dengan cita rasa Turki," ujar Bilgin yang mengajar pada Departemen Sejarah Universitas Sakarya, Turki.

Adapun, faktor ketiga yang ikut memengaruhi karakteristik kuliner Utsmaniyah adalah sentuhan budaya kuliner Anatolia atau Bizantium. Pada abad ke-15, masyarakat Utsmaniyah banyak yang memilih buah-buahan, sayur-mayur, dan tumbuh-tumbuhan hijau sebagai bahan pangan mereka dibandingkan pada masa-masa sebelumnya.

"Baik ketika masih menetap di Turkistan maupun selama periode migrasinya, bangsa Turki telah terbiasa mengonsumsi berbagai produk buah dan sayur segar dalam jumlah yang melimpah. Kebiasaan semacam ini terus berlanjut hingga mereka menemukan jenis buah-buahan dan sayur yang sama sekali baru di daratan Anatolia," kata Bilgin lagi.

Sumber: Pusat Data Republika

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement