Rabu 14 Oct 2015 11:58 WIB

Optimisme Hijriyah di Balik Sepak Bola Api

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Indah Wulandari
Sepak bola api di pesantren
Foto: antarafoto
Sepak bola api di pesantren

REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG -- Banyak cara dilakukan guna merayakan datangnya tahun baru 1437 Hijriyah. Mulai dari bebagai kegiatan yang mengutamakan amalan hingga kegiatan melestarikan warisan leluhur.

 

Di Kota Semarang, para santri dan santriwati Pondok Pesantren (Ponpes) Az Zuhri, di Jalan Ketileng Raya Nomor 13 A, Kecamatan Tembalang merayakannya dengan cara yang unik.

 

Cara menyambut tahun baru Islam --yang telah berjalan lebih dari 30 tahun terakhir-- ini adalah bermain sepakbola api. Mereka memainkan pertandingan sepakbola di atas lapangan se-ukuran lapangan bola voli.

 

Yang keluar dari pakem. Bola yang digunakan bukanlah ‘si kulit bundar’ seperti pada hajat pertandingan sepakbola pada umumnya. Namun bola ini berupa buah kelapa yang dibakar.

 

M Latif (20), salah seroang santri Ponpes Az Zuhri menjelaskan, agar dapat terbakar, kulit luar buah kelapa dibuang terlebih dahulu hingga menyisakan sabutnya.

 

Sebelum digunakan, buah kelapa ini direndam dalam cairan minyak tanah yang dicampur solar selama 24 jam. “Sehingga saat disulut api, buah kelapa ini akan terbakar dan mengeluarkan kobaran api,” ujarnya, Selasa (13/10) malam.

 

Dalam permainan ini, satu tim beranggotakan enam orang pemain. Kostum yang mereka kenakan pun bukanlah jersey atau seragam olahraga sepakbola pada umumnya. Namun, lebih mirip pakaian pencak silat yang berwarna serba hitam.

 

Guna membedakan, salah satu tim mengenakan ikat kepala berupa kain putih. Tak ada peregangan atau pemanasan bagi kedua tim menjelang laga dimulai, kecuali lantunan shalawat dari pengeras suara.

 

Beberapa saat setelah sang pengadil pertandingan meniup peluit tanda permainan dimulai para santri dan santriwati tak sedikitpun takut untuk berebut bola yang berselimut kobaran api, meski mereka tak mengenakan alas kaki maupun sepatu.

 

Pun demikian dengan penjaga gawang. Mereka juga tak canggung untuk memegang bola api yang menyala tersebut untuk dilemparkan ke tengah lapangan. Aksi para santri dan santriwati ini pun mengundang sorak dari ratuan penonton.

 

Total empat partai pertandingan dapat dilakukan oleh para santri dan santriwati ini tanpa ada sedikit pun yang mengalami luka bakar atau lecet. “Alhamdulillah, semua berjalan lancar,” ungkap salah satu penanggungjawab acara ini, Ahmad Muhajir.

 

Malam itu, pertandingan untuk menyambut tahun baru Hijriyah ini memainkan empat partai. Masing-masing partai sepakbola api untuk santriwati, sepakbola api untuk santri anak- anak, sepakbola api dan sepakbola durian untuk para santri dewasa.

 

Muhajir –yang juga Lurah Pondok ini—juga menyampaikan, esensi dari kegiatan yang sudah menjadi kalender tetap Ponpes asuhan Gus Luqman Hakim ini bukanlah semata- mata pamer kekuatan atau kemahiran.

 

Namun, diutamakan sebagai sarana memupuk semangat para santri untuk menyambut tahun baru sekaligus dapat melaluinya dengan penuh optimisme untuk menuju tahun-tahun berikutnya.

 

Sebelum pertandingan, para santri mengawalinya dengan membaca surah Al Fatihah. Harapannya, supaya mendapat keselamatan dan yang paling utama agar senantiasa diberikan keamanan dan keselamatan.

 

“Keselamatan di sini bukan saja yang bermain, namun juga para penonon. Sehingga bisa dipertemukan kembali pada tahun baru Hijriyah berikutnya,” kata Muhajir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement