REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Alumni Perhimpunan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) mengajukan tokoh pendiri organisasi kepemudaan itu, Mahbub Djunaidi sebagai pahlawan nasional.
Di kalangan Betawi, jarang ada sastrawan yang dikenal baik. Jadi dia perlu diangkat sebagai pahlawan karena dia berani mengkritik di saat orang lain tidak berani kritik Soeharto," ujar perwakilan Persaudaraan Alumni PMII Dwi Winarno, akhir pekan lalu di Sekolah Tinggi Ilmu Agama Nahdlatul Ulama (STIANU).
Djunaedi, ujarnya, merupakan tokoh yang hebat karena mampu mengkitik pemerintahan Orde Baru dengan cara humor. Alhasil, kritik tersebut tidak menyebabkan pemerintah merasa harus memberangusnya.
Peran Djunaidi pun diakuinya sangat signifikan dalam dunia pers. Sebab, Djunaidi dianggap mampu membantu dalam masa transisi antara orde lama ke orde baru. Selain itu, menurutnya, pahlawan tidak melulu harus ikut berperang atau diasingkan.
"Perjuangan yang sesungguhnya itu yang paling penting nation building kita harus dijaga. Dengan nasionalisme jadi benteng terakhir bangsa," katanya.
Winarno mengungkapkan bahwa Djunaidi merupakan Sukarnois, meski bukan penganut marhaenisme. Hubungan Djunaidi dan Sukarno pun terbilang dekat hingga penulis tersebut diundang ke Istana Negara.
"Dia mampu menginterpretasikan ajaran Sukarno dengan baik ketika para pengikut marhaenisme tidak bisa melakukannya," jelasnya