REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin menyatakan bahwa gemar menabung merupakan budaya baik. Maka, perlu diajarkan sejak dini kepada anak-anak.
Hal itu membuatnya sangat mendukung program Simpanan Pelajar (SimPel/SimPel iB) yang dicanangkan OJK bersama industri perbankan. Menurutnya, program itu juga bisa membantu anak-anak yang tak mempunyai uang, agar tetap dapat bersekolah.
"Banyak sesungguhnya adik-adik kita, mereka yang berada dalam usia wajib belajar, namun terpaksa tak lanjut karena terkendala biaya pendidikan. Semoga program ini memiliki kesempatan bisa bersinergi dalam rangka pendidikan di tanah air agar semakin baik," jelas Lukman, di Jakarta, Selasa, (8/9).
Lukman meyakini, potensi tabungan pelajar sangat besar. Ia mengungkapkan, ada sekitar 27 ribu lebih pondok pesantren yang berada di bawah Kementerian Agama (Kemenag). Bila ditambah dengan jumlah sekolah RA, MTS, dan MA, maka totalnya mencapai 75.199.
"Saya membayangkan, kalau misal satu pondok pesantren saja ada seribu santri, lalu setiap bulannya mereka menabung Rp 500 ribu dari kiriman orang tuanya, maka setiap bulan bisa mencapai Rp 4,5 triliun yang bisa dikelola dari tabungan kita," tutur Lukman.
Baginya, itu jumlah besar, bahkan belum ditambah dengan satuan pendidikan lainnya.
Lukman menegaskan, madrasah di tanah air sebenarnya bisa memperkuat perekonomian negara, bila program tersebut dioptimalkan. Ia menyadari saat ini kesadaran menabung di Indonesia memang masih kurang.