Oleh: Abdul Syukur
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Suatu hari Abu Bakar RA pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, "Wahai Rasulullah, bagaimana menurutmu dengan ayat yang berbunyi: Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu. (QS al-Nisa' [4]: 123). Apakah setiap kejahatan yang kami lakukan itu akan mendapat balasan?"
Rasulullah SAW menjawab, "Wahai Abu Bakar, bukankah kamu pernah sakit? Bukankah kamu pernah menderita? Bukankah kamu pernah sedih? Bukankah kamu pernah ditimpa kesusahan?" Abu Bakar RA menjawab, "Tentu pernah, wahai Rasulullah." Maka Rasulullah berkata kepada Abu Bakar RA, "Itulah sebagian dari balasan untuk kalian."
Seseorang bisa melakukan kejahatan karena dua sebab. Pertama, karena ada niat melakukan kejahatan itu sendiri. Kedua, karena ada kesempatan. Di antara kedua sebab terjadinya kejahatan ini motif yang pertamalah yang paling kuat.
Ketika seseorang sudah berniat untuk melakukan kejahatan, secara otomatis cara untuk mengeksekusi kejahatan itu akan muncul dengan sendirinya, dan secara otomatis pula kesempatan akan tercipta mengikuti cara yang telah muncul terlebih dahulu.
Misalnya, seseorang punya niat untuk mencuri maka cara untuk melakukan aksi pencuriannya itu, dan kapan waktu (kesempatan) yang tepat untuk melaksanakan aksinya akan muncul dalam benak si pencuri, mengikuti niat yang telah terpatri sebelumnya.
Namun, motif kedua yang berupa kesempatan juga tidak bisa dianggap remeh karena adanya kesempatan bisa membuat orang melakukan kejahatan meski tidak didahului dengan niat untuk melakukan kejahatan tersebut.
Misalkan, seorang laki-laki yang secara kebetulan melihat aurat perempuan bukan muhrimnya, tiba-tiba muncul keinginan untuk melakukan hal tidak senonoh dengan cara memaksanya sehingga terjadilah pemerkosaan.
Kejahatan seperti ini terjadi tidak didahului dengan niat untuk melakukan kejahatan tersebut, tetapi karena ada kesempatan, keinginan untuk melakukan kejahatan itu muncul secara tiba-tiba, dan terjadilah tindak kejahatan.
Pertanyaan Abu Bakar kepada Nabi SAW dalam hadis di atas menjadi peringatan kepada kita bahwa setiap kejahatan yang kita lakukan tidak dibiarkan begitu saja oleh Allah SWT. Tapi pasti ada perhitungannya, yaitu berupa balasan yang setimpal dengan kejahatan yang kita lakukan. Baik balasan itu terjadi di dunia maupun terjadi di akhirat nanti.
Di dunia balasannya bisa berupa rasa sakit, penderitaan, rasa sedih, kesusahan hidup, dan hal-hal tidak menyenangkan lainnya. Sedangkan di akhirat, Allahlah Yang Mahatahu dan Mahaadil untuk membalas kejahatan yang pernah kita lakukan, jika kita tak kunjung bertobat hingga ajal menjemput.
Sekecil apa pun dosa yang kita lakukan semasa hidup, Allah pasti akan memperhitungkannya. Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarah (komponen atom yang sangat kecil), niscaya dia akan melihat (balasannya). Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarah, niscaya dia akan melihat (balasannya). (QS. Al-Zalzalah [99]: 7-8).